Ikhwan, siapa kamu?

197 10 0
                                    

Seorang ikhwan yang tengah membersihkan masjid dikejutkan dengan panggilan anak kecil yang sebelumnya bersama Sarah. "Ayah..." begitu panggilnya.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

"Kak Dzul kemana? Aku mau pulang di antar kak Dzul." anak itu merengek pada Ayahnya.

Dzul, ia ikhwan yang melantunkan surat Maryam di masjid senja ini. Pemilik suara merdu yang membuat Sarah kagum.

"Ayah, kak Dzul kemana? Aira ngantuk, pengen tidur." namanya Aira, ia mengeluh ngantuk dengan logat khas anak-anak.

"Aira, kak Dzul kuliah malam ini. Aira pulang bareng ayah, nanti ayah belikan roti bakar di dekat percetakan. Sekarang Aira main dulu, ayah mau bersih-bersih." mendengar itu, Aira hanya mengeluh kesal seraya pergi duduk di tangga masjid.

Disisi lain Dzul mengendarai motornya dengan ugal-ugalan khas remaja masa kini. Pukul tujuh tepat ia sampai di kampusnya, UIN Syarif Hidayatullah. Dzul lengkap dengan jaket kulitnya memarkir di area parkir dosen.

"Dzul! Kamu gabisa baca ya!" Dzul pun menoleh ke asal suara. Terlihat seorang laki-laki 40 tahunan dengan name tag Prof. Dr. Jamaludin Akbar sedang menyingsingkan tangan di kedua pinggangnya.

Dzul hanya tersenyum. "Wah saya kira kalo malam milik bersama. Maaf ya pak," Dzul mendorong motornya menuju arah berlawanan, dimana terlihat tulisan 'untuk siswa'.

Dzul dengan muka muram berjabat tangan dengan pak Jamal. Pak Jamal hanya tertawa selagi memegang erat tangan Dzul. "Jangan serius-serius dong, yang santai."

"Bapak sih, mukanya kejem banget, saya jadi takut." Dzul meringis tak berdosa.

***

Saat memulai pelajaran, Dzul merasa ingin muntah. Entah karena apa, saat ini ia sangat mual. Dan saat ini ada tiga macam teman disekeliling Dzul.

"Dzul! Kamu sakit? Jangan maksain dong. Haduh, gimana ini?" Rene, perempuan berusia 22 tahun dengan gaya pedulinya yang over, karena sudah menjadi rahasia umum bahwa ia memiliki perasaan pada Dzul.

Sedangkan disisi lain bernama Hanif, laki-laki 23 tahun yang sedang mengejar surga. "Kamu kebanyakan naik motor kali Dzul."

"Ini lo ngatain gue atau apa nih? Gue udah mandi bro!" Ikhsan, teman dekat Dzul dari SMA, yang terkenal dengan bad-boy nya.

Mendengar pertanyaan teman-temannya, Dzul hanya menggeleng lirih. Semua dibuat khawatir olehnya. Sampai akhirnya satu kalimat muncul dari bibirnya. "Mag ku kambuh."

📈📉

Sarah memeluk kedua orang tuanya untuk melepas rindu. "Abi kok ga bilang-bilang sih mau kesini? Kan Sarah bisa siapin, umi, Sarah kangen sotonya umi." Umi hanya tersipu malu seraya duduk di sofa.

"Sarah kamu kan udah umur 25 tahun, kamu juga udah mapan." celetuk Abi yang sedang meregangkan tubuhnya.

"Kenapa bi? Kok tumben abi bahas masalah mapan." Sarah mengerutkan dahinya.

"Bukan mapannya, tapi umurnya. Abi pengen cariin kamu calon suami, tapi ya kembali lagi ke kamunya. Abi gapernah maksa, tapi kalo kebetulan cocok kan Alhamdulillah."

Sarah berjalan mnuju meja dapur untuk membuatkan teh. "Abi, umi, Perjalanan Sarah masih jauh."

Umi berjalan menghampiri putrinya. "Karena itu, umi pengennya kamu jalanin bareng suami aja. Selagi berkarir kamu juga bisa menjadi istri solehah. Itung-itung buat nyicil surga."

Sarah terkekeh mendengar uminya. Abi juga terkekeh sambil menonton tv. Sarah dan orang tuanya memang terbiasa berjauhan. Umi dan Abi tinggal di Surabaya, sedangkan Sarah merintis karirnya di Jakarta. Selepas kuliah ia langsung direkrut oleh organisasi hukum yang menyalurkan jasa pengacara.

"Namanya Dzul." ucap abi seketika.

Kekasih seperti YusufTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang