Sbagai pelengkap

118 6 3
                                    

Pakdhe Slamet tertawa kecil melihat tingkah Dzul. Seakan bayangan mempermainkannya. Dengan lihai Dzul mengelak.

"Engga kok."

"Kalaupun kamu hidup di kota, jangan pernah lupain pelajaranmu di sini."

"Mboten pakdhe, Dzul masih sama dengan Dzul yang dulu. Insya Allah semua ilmu yang Dzul dapat bermanfaat dengan baik disana." Dzul mencium tangan pakdhe Slamet.

'Andai saja kamu berniat meminang Ranti.'

Tak di duga, tiba tiba Umar kakak Ranti datang penuh tawa menyapa Dzul. "Mas kira mas ga akan ketemu sama kamu Dzul, ternyata masih sempet." Mas Umar memeluk erat Dzul.

"Loh mas katanya mas balik besok?"

"Dzul itu spesial!" jawab mas Umar kegirangan menyambut adik laki lakinya.

Akhirnya mereka larut dalam perbincangan hangat. "Udah ada niatan nikah belom?"

"Masih belom siap mas, nanti kalo udah siap."

"Kadang mas bingung Dzul."

Dzul memgernyitkan alisnya. "Kadang mereka yang kuat suka menindas yang lemah. Dan yang lemah tidak bisa membela harga diri mereka. Akhirnya hak asasi tidak terlaksana." lanjut mas Umar dengan bahasa yang formal.

"Emangnya kenapa toh mas? Ada masalah ya?" tanya Dzul ragu.

Mas Umar hanya menggeleng lirih. "Bukan mas yang punya masalah."

Dzul menunjukkan tatapan penuh tanya. Dengan membenarkan pecinya, mas Umar menunjukkan cincin pernikahannya dengan mbak Dewi. "Ini cuma cincin Dzul, saat dipakaipun ini hanya cincin biasa." mas Umar mendekatkannya ke wajah Dzul.

Kemudian mas Umar menjatuhkannya. "Itu hanya jatuh, namun yang memaknainya dengan kesakralan hubungan akan merasakan pedih. Tapi bagi mereka yang main main dalam pernikahan akan berkata ini gurauan."

Dzul memegang erat tangan mas Umar. "Jelaskan pada Dzul, secara lagsung."

"Jadi salah satu santri di sini menjalankan perintah orang tuanya. Dia berhenti dan memilih untuk menikahi seorang laki laki yang seumuran dengan mas."

Dzul mulai sedikit memahami masalah ini, tapi satu hal yang membuat Dzul bingung. "Lalu, apa hubungannya sama mas?"

"Setelah menikah, mereka ga bahagia. Si suami melakukan kekerasan dalam rumah tangga. Dan mas ga bisa diemin itu."

"Tapi itu urusan orang lain, mas ga perlu ikut ikut dong." susah payah Dzul menelan ludahnya.

"Demi melepaskan dia dari suaminya, mas bikin perjanjian sama orang tuanya. Kalo mas berjanji akan menikahinya setelah masa idah. Dan merekapun setuju untuk menceraikan putrinya dari laki laki itu." mas Umar menundukkan wajahnya karena malu akan perbuatannya.

Dengan sedikit kecewa, Dzul mengukir senyum di bibirnya. "Kalo memang itu jalan terbaik, Dzul setuju sama keputusan mas."

Ranti mendengarkan pembicaraan mereka dibalik dinding, 'harusnya kamu menyangkal, Dzul.' Buliran air mata jatuh membasahi pipinya. 'apa kamu yakin kalo mbak Dewi ikhlas menerima keputusan ini?'

Tiba tiba sebuah tangan menepuk bahu Ranti. "Umi?"

"Kamu ngapain? ga baik dengerin pembicaraan orang lain."

Ranti berhambur memeluk umi. Kamudian umi yang memahami perasaan putrinya mulai menuntun dan mengantarnya untuk bertemu dengan Dewi di kamar.

Belakangan, istri Umar itu mengurung diri di kamar. Umi mengetuk pintu dengan lirih. " Assalamualaikum, Dewi? Umi mau masuk nih, bukain sayang."

Terlihat Dewi terdiam di dalam kamarnya yang gelap. Kamar itu terasa pengap, entah sejak kapan jendela kamar ini tertutup rapat. "Mbak, Ranti ga terima."

Dewi hanya terdiam dan memeluk Ranti. Perlahan umi mendekat dan duduk di ujung ranjang. "Kamu percaya kan? Kamu harus percaya, Umar bisa adil."

Tak sedikitpun Dewi menyambut pertanyaan umi. "Ga semua wanita siap membagi cintanya, menurutku mereka yang mampu hanya karena di dasari pasrah. Jujur, Dewi ga pernah ikhlas untuk membagi cinta mas Umar."

"Tapi Dewi, laki laki diperbolehkan memiliki istri lebih dari satu. Kamu terima atau tidak, itu tetap kebenarannya." Umi menekankan perkataanya, membuat Dewi makin tersayat.

"Tapi-" belum selesai perkataan Dewi, umi sudah menyelanya. "Umi yakin jika kamu memahami agama, kamu pasti memahami perkataan umi."Umi bangkit dan meninggalkan kamar Dewi.

"Umi.." Dewi menangis sesenggukan di pelukan Ranti.

📈📉

"Apa mba Dewi bisa nerima keputusan mas?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 01, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kekasih seperti YusufTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang