Kadang kala dunia tertawa saat mendengar romansa cinta manusia yang lemah itu. Mereka berdiri di atas tanah tanpa mengingat kemana mereka akan kembali. Banyak yang berkata roda itu berputar, dan mereka mengandaikannya sebagai takdir. Berterima kasihlah pada mereka yang membuatmu jatuh, karena dari situlah Allah menguji kemampuan mahluknya.
Lelaki mapan lulusan al-azhar, Dzul Haidar. Ia sempat merasakan romansa cinta islami dengan gadis yang tak ia kenali. Tepatnya saat ia masih menyandang status mahasiswa. Gadis itu anggun, sangat indah di pandang bagaikan bidadari surga.
Pertemuan itu berawal saat ia berjalan di koridor kampus. Gadis itu duduk bersama lelaki tua, lebih tepat lelaki itu ayahnya. Dzul Haidar yang saat itu hanyalah mahasiswa baru hanya bisa memandang tanpa berkenalan. Adat mereka berbeda. Hanya beberapa kali ia bertegur salam.
Sampai saat ini ia masih terngiang gadis itu. Meskipun kenyataan menentang keinginannya. Allah menakdirkannya sebagai dosen di Ui. Dan menjalani hidupnya di tanah air.
Dosen muda itu berjalan dengan pikiran melayang, hingga tak sengaja ia menabrak seorang gadis. "Maaf." begitu ucap gadis di hadapannya.
Ustad Haidar menatap lekat wajah gadis itu. "Kamu yang kemaren ketemu di acara sunatan kan?"
Gadis itu girang, "Ustad Haidar kan?"
Ustad Haidar mengangguk namun dengan mengarahkan telunjuk ke bibir. "Panggil saya pak Dzul."
"Saya Rene ustad. Jadi bener ya kalo ustad dosen di kampus ini. Saya hampir mati penasaran waktu temen saya bilang ustad ini dosen UIN loh. Ternyata bener ya."
Ustad Haidar mengakhiri perbincangannya karena dikejar waktu. "Rene, saya duluan ya. Saya ada kelas sekarang. Assalamualaikum."
***
Ustad Haidar masuk ke kelas, namun ia dibuat terkejut dengan keadaan kelas yang tenang dan lengkap. Berbeda dengan biasanya, yang jauh dari kata sempurna. Sampai-sampai ustad Haidar melupakan salam, sehingga ia didahului mahasiswanya.Ustd Haidar menerangkan dengan gayanya. Semua siswa memperhatikan dengan seksama, kecuali Sato Naoki, atau yang kerap disapa Sato-san. Seorang gadis cantik keturunan Indo-Jepang.
"Sato-san apa yang kamu lakukan? Perhatikan saya." Ustad Haidar mengingatkannya, namun tak sedikitpun gadis itu menggubris kalimat dosennya.
Ustad Haidar mendekat dan melihat gadis itu menulis.
Barang siapa yang mempersulit orang lain, maka Allah akan mempersulitnya pada hari kiamat. HR Al-Bukhari no1752
Tanpa banyak bicara ustad Haidar mengambil kertas itu dan tertawa puas. "Saya akan menjawab tulisan kamu, Sato-san."
"Dzul senpai! Itu bukan pertanyaan, boleh saya ambil? Yomanai!(jangan dibaca)" Sato-san berkata dengan logat amburadulnya.
Ia mencoba untuk merebut kertas itu. "Dzul senpai! Sore o kaesu (tolong kembalikan), ayolah.."
"Yang pertama Al-Baqarah-49, Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Yang kedua Al-Baqarah-155,
Dan kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan. Yang ketiga As-Sharh-5-6, Maka sesungguhnya bersama kesulitan akan ada kemudahan. Kamu paham, Sato-san?"Semuanya tertawa mendengar balasan Ustad Haidar. "Bagus, jika kamu bertekad menghafalkannya." ucap Ustad Haidar di samping meja Sato-san.
"Arigato, Anata wa muzukashi shigoto o suru. (terimakasih, anda memberi tugas yang sulit)" gadis itu meruncingkan bibirnya, dengan wajah sinis ia melengos.
"Senpai, saya cantik tidak?" lanjut gadis itu, seisi kelas menahan tawa.
"Sangat..cantik, watashi wa odorokimasu (saya kagum), terlebih karena kerudungmu." Sato Naoki tersipu malu, wajahnya menjadi merah padam.

KAMU SEDANG MEMBACA
Kekasih seperti Yusuf
ДуховныеNabi Yusuf (Yūsuf):43 - Raja berkata (kepada orang-orang terkemuka dari kaumnya): "Sesungguhnya aku bermimpi melihat tujuh ekor sapi betina yang gemuk-gemuk dimakan oleh tujuh ekor sapi betina yang kurus-kurus dan tujuh bulir (gandum) yang hijau dan...