Di kampung budi, TV adalah barang yang paling tidak mereka minati, bukan apa-apa, punya TV juga sinyalnya jelek, dirumah mimi pernah dipasangi TV, tapi antenenya harus tinggi sekali, melebihi pohon kelapa, itupun siaran cuma ketangkep satu channel; sinetron pula, rasanya tidak mewakili kehidupan mereka.Tapi keluarga mimi adalah keluarga yang tidak gampang menyerah, dipasangnya antene sekalipun nyaris menyentuh awan, agar dapat siaran yang bagus. Karena mereka percaya dari langitlah segala kabar berita.
Karena setiap malam sebagian warga kampung nonton TV maka berita dari kota jadi pembicaraan warga kampung, mereka membicarakan segala hal, terutama pencalonan kepala daerah ibu kota Jakarta yang, tentu saja menjadi sangat berisik.
Siang setelah pulang sekolah, budi, mimi dan bob sedang duduk-duduk dibawah pohon kersem didepan sawah yang nyaris menguning. Hujan malam tadi membuat padi-padi itu merebah terkena angin. Mereka membiarkannya, lagipula, mana mungkin mereka semua mau disuruh berdiri seperti sediakala.
"Bob, kamu pilih jagoan siapa untuk gubernur jakarta?" Tanya mimi sok-sok jadi reporter televisi, sambil takut dekat-dekat bob, karena bau kambing, dan bob memang kambing.
"Mbeeee mbeeee!" Bob menjawab, maksudnya : aku pilih agus.
"Agus kalah diputaran pertama" sela mimi pada bob.
"Mbeee" nggak apa-apa aku pilih yang kalah, kata bob, maksudnya begitu.
"Baiklah," mimi mengangkat bahunya, "kalau kamu bud?" Mimi menoleh ke budi.
"Aku pilih Ahok Baswedan!" Jawab budi mantap.
"Ahok djarot apa sandi anies?" Mimi membetulkan.
"Aku pilih ahok baswedan" jawab budi lagi.
"Nggak ada pilihannya bud!" Mimi paling tahu deh kalau soal berita TV, karena dirumahnya ada TV.
"Kalau begitu aku pilih novel baswedan saja" kata budi lagi.
Mimi mendengus,"nggak ada!" Kesal banget.
"Baiklah, kalau begitu aku pilih Habib Rizieq!" Sela bob, eh, kok bob bisa bicara, maksudnya budi. Sebenarnya budi nggak faham, karena nggak punya TV dan nggak lihat berita.
"Aku juga pilih Habib Rizieq!" Tiba-tiba maman datang sambil lompat kepunggung Bob, tentu saja bob kaget dan nyaris pingsan, tapi tidak jadi karena keburu sadar.
"Habib rizieq dan novel baswedan nggak ada di surat suara!" Jawab mimi nyaris terbakar, untung saja musim hujan.
"Nggak apa-apa, aku pilih Habib Rizieq saja, karena pendukungnya banyak, waktu lihat di TV banyaaaaakkkk banget, kalau bikin partai pasti menang, horeeeee!!!" Maman teriak-teriak nggak jelas, budi ketawa-ketawa lihat mimi mukanya manyun persis kutang.
"Mbeeee!!!" Bob ikut-ikutan teriak berhore-hore ikutan maman, bob lompat-lompat. "Mbeee mbee" kata bob, maksudnya aku juga mau nyoblos partai politiknya Habib rizieq kalau bikin partai. Hmmm.... tapi tentu saja Bob nggak bisa ikutan nyoblos, karena kambing nggak punya KTP.
"Kalau aku pilih ahok" kata mimi, "karena bajunya bagus" mimi mengerlingkan matanya, budi, bob dan maman nyaris mimisan lihat mimi mempesona seperti itu.
"Oke oce" kata maman sambil jari telunjuk dan jempolnya ditempelkan, kanan-kiri.
"Mbe mbe" bob ikutan oke oce, tapi susah, karena jarinya tidak seperti jari manusia.
Selang tiga puluh menit kemudian, mereka bosan membicarakan jagoan mereka, mereka lebih suka becanda seperti layaknya anak kecil. Lagipula mereka masih anak-anak, belum boleh ikutan nyoblos pemilihan kepala daerah dan lagi mereka belum punya KTP, jika punyapun, KTPnya bukan di Jakarta.
------
*) ini ditulis ketika ramai pilkada jakarta 2017
KAMU SEDANG MEMBACA
Budi anak SD yang ceria, dan bob anak kambing yang direbonding
Humor[CERITA ANAK-ANAK UNTUK DEWASA]