22. Hubbul Wathon Minal Iman

103 1 0
                                    


Hari ini ada ulama besar datang ke kampung budi; katanya dia ulama yang dikenal dunia, budi nggak tau siapa dia, tapi kata Ustadz Unul, kita harus menghormati ulama, takzim dan husnudzon. Tau arti husnudzon?, beranggapan baik dengan ulama. Budi aja tau soal begitu itu, masa anak zaman now nggak tau?!.

"Tadz, emang ulamanya siapa? Kan banyak, wali songo juga ulama?!" Tanya budi ketika mengaji sore hari.

"Namanya Syeikhuna Habib Luthfi Bin Yahya dari Pekalongan, beliau ulama kharismatik." Kata Ustadz sambil kakinya bersila, kebiasaan Ustadz Unul itu satu kakinya entah yang kanan atau yang kiri ditopang dengan pahanya sehingga telapak kakinya kelihatan, kemudian sambil bicara begitu dia mengelus-elus telapak kakinya dengan tangan.

"Ulama kharismatik itu apa?" Tanya budi lagi.

"Kharismatik itu dihormati orang dan berpengaruh." Jawab ustadz nggak yakin tapi semoga aja betul.

Pantesan didepan kantor desa kemarin ada spanduk besar bergambar seorang ulama, pakai imamah, jubah putih dan sorban warna hijau. Terus ada tulisannya besar, budi lupa lagi tulisannya apa.

Tentulah acaranya dibelakang kantor desa, karena disitu ada lapangan sepak bola, kayaknya cukup menampung orang banyak. Ustadz Unul itu salah satu panitia acara, jadi dia sangat sibuk sekali. Ayah dan ibu budi juga jadi ikut-ikutan sibuk ngurusi ini-itu, dari mulai snack untuk tamu dan panitia, sampai panggung acara. Heboh bener deh, bahkan orang kampung juga sangat sibuk, kecuali yang nggak sibuk, misal mas sunoto, karena dia lagi sakit, jadi terbaring terus di ranjang kamarnya.

Siang hari selepas dzuhur acara dimulai dengan sambutan-sambutan dari panitia dan pejabat, mulai dari bupati, pak camat, kepala desa, dan kyai Mahmud ulama kecamatan. Kyai Mahmud juga sebenarnya terkenal, santrinya banyak, katanya dari mana-mana. Bahkan ada yang dari luar negeri, padahal pesantrennya di gunung, jauh dari keramaian. Mereka bisa tau kyai Mahmud dari mana yah?!. Oya, barangkali Habib Luthfi itu kenal dengan kyai Mahmud makanya diundang ke kampung budi.

Selepas ashar Habib Luthfi bin Yahya mulai memberi ceramah, orang-orang yang dari tadi siang berbondong-bondong datang keacarapun mulai berdesak-desakan, merangsek kedepan panggung, setelahnya mereka duduk ada yang pake tikar, karpet kecil, sejadah dan dedaunan. Kalau ada ulama begini, para pedagang dari mana-mana tiba-tiba muncul. Mereka nanti hilang lagi. Mereka itu persis jailangkung: datang tak dijemput, pulang tak diantar. Kalau pulang diantar namanya ojek online, lagipula mana ada di kampung budi ojek online?!.

Budi senang sekali karena dia pake baju koko putih yang dia beli lebaran tahun lalu, kopiah item dan sarung yang sama saat dia disunat. Bob juga ikut. Dia pake kopiah rajut, sarungnya dilingkarkan ketubuhnya. Ya, kamu setidaknya bisa bayangkan bagaimana seekor kambing bisa memakai begitu rupa?. Ucil, Maman dan Mimi tentulah datang, hanya saja mereka nggak bareng Budi. Budi ditemani Bob dan ibu. Kalau soal ibu dekat-dekat bob, beliau sih cuek aja. Tapi kali ini ibu memilih dekat pohon yang rindang disebelah ujung kanan panggung, agar bob bisa didekat situ, kalau nggak bob akan mengganggu jamaah yang lain.

Budi mendengarkan ceramah dengan seksama, dia sebenarnya nggak ngerti, pengetahuan dan kosakatanya belum banyak yang dia tau, tapi budi adalah anak baik dan taat pada ibu dan ayah, dan kata ustadz Unul, harus nurut sama ulama yang sanadnya sambung pada Kanjeng Nabi Muhammad SAW.

"Bangga terhadap Indonesia bukan sombong, tapi rasa syukur pada Allah Swt. Hormat pada Merah Putih bukan syirik, tapi ungkapan rasa syukur pada Allah SWT karena memiliki Bangsa Indonesia." Kata Habib Luthfi bin Yahya di pengeras suara, "Hubbul Wathon Minal Iman, cinta tanah air itu sebagian dari iman."

Jamaah kampung budi mendengarkan dengan khusuk, budi malah jajan kacang rebus. Sambil mendengarkan mulutnya ngegares kacang terus, bob juga ikut-ikutan. Ibu juga, tapi dikit-dikit aja.

"Bu, budi juga cinta tanah air Indonesia kok." Kata Budi, mulutnya penuh kacang rebus.

"Ibu tau." Kata ibu pelan, ibu lagi konsen dengar nasihat Habib Luthfi kan?

"Kok ibu tau?" Tanya budi kepo.

"Karena Budi setiap hari pake seragam merah putih." Jawab ibu sambil sesekali matanya melihat budi, dan sesekali bob, ibu khawatir bob malah main ditengah jamaah, bisa heboh deh.

"Putih merah ibuuu." Kata budi membetulkan.

"Oiya, putih merah yah?!." Nggak. Ibu lagi nggak nanya soal itu. Ibu hanya merespon saja.

"Ibu tau kenapa seragam SD putih merah, bukan merah putih?" Tanya budi lagi memancing pertanyaan lanjutan, budi ingin ibu jawab dengan pertanyaan 'kenapa'.

"Kenapa?." Tuuuh kan!. Ibu tanya begitu.

"Karena kalau pake biru merah nanti dikira superman bu!." Jawab budi ngasal.

Ibu cuma ketawa pelan.

"Putih itu simbol suci dan bersih, merah itu simbol hasrat dan keberanian." Jawab ibu serius. Budi tau, tapi nggak bisa jelaskan. Kan tadi udah bilang kalau pengetahuan dan kosakata budi terbatas, namanya anak SD, jangan berharap mengerti banyak. Bob apalagi. Taunya rumput dan kokoh ayam.

"Cinta tanah air itu tanda syukur ya bu?." Tanya budi lagi sambil masih mendengarkan ulama kharismatik itu bicara di speaker. Ibu mengangguk, sambil matanya menyipit melihat panggung yang agak jauh.

"Tanda syukur itu apa bu?"

"Merawat dan membangun kebaikan." Kata ibu singkat.

Tiba-tiba sebagian orang ditengah jamaah berdiri, para ibu teriak-teriak, para bapak ketawa-tawa. Mereka seolah sedang menghindari sesuatu. Ibu mulai curiga, yah, jangan-jangan bob bikin ulah. Budi segera melihat kedekat pohon dimana tadi bob sedang bermain disitu. Benar banget ternyata bob nggak ada disitu. Ibu mulai cemas, nggak enak hati. Budi menyadari itu, jadi dia segera berlari kearah jamaah yang berada ditengah.

"Booob! Sinii!." Teriak budi sambil mendekati bob. Bob merasa ada yang manggil, tapi juga bingung, tadi kan dia lagi makan rumput, loh kok tiba-tiba ada ditengah?!. Bob jadi merasa malu juga sebagai kambing. "Makanya kalau lagi makan jangan sambil berjalan, kebiasaan!, malu-maluin aja!" Keluh budi kesal. Bob cuma nyengir aja. Ia khilaf.

***

Budi anak SD yang ceria, dan bob anak kambing yang direbondingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang