Suatu hari Ucil menangis gara-gara dibilang cebol sama bu guru Encut, bu guru marah karena Ucil nakal. Sebenarnya bu guru itu orang yang sabar sekali menghadapi murid-muridnya yang bikin suasana hati naik turun persis sinyal internet di ruang guru. Ia lebih sering menjaga perasaannya daripada marah-marah. Tapi kali ini bu guru Encut sudah nggak tahan jadinya dia marah sama Ucil.Ucil lalu mengadu pada budi dan mimi, sambil menangis tersedu-sedu, air matanya berderai-derai, ia usap dengan tangannya tapi matanya tetap basah, dan lagi ucil sedang pilek jadi mana air mata mana ingus sudah nggak bisa dibedakan. Hhuuhuhu.... sedih sekali rasanya dibilang cebol. Tapi ucil emang pendek, lebih pendek diantara teman-temannya. Bukan karena dia cebol tapi karena belum tumbuh tinggi.
"Hhhuuuhhhu... hik, waktu itu aku lagi belajar lempar lembing, tapi pake bambu runcing, terus malah kena kepala bu guru Encut. Padahal kan nggak sengaja hhhuuuhu...." kata ucil ditengah isaknya.
"Terus bu gurunya gimana?" Tanya mimi penasaran. Terang aja bu guru marah.
"Kepalanya benjol sebesar bakpao hhhuuuhuhu..."
"Pantesan aja diomelin." Kata budi mengerti.
"Tapi kan bisa disetrap, nggak usah bilang aku cebol. Hhhuuuhuhhuu.... waaaaaaaaa!" Tangis ucil menjadi-jadi. Budi dan mimi menenangkan entah karena berisik atau malu.
"Terus kamu udah minta maaf?" Tanya mimi
"Belum, aku langsung lari karena takut. Bu guru bilang 'ucil sini!' Aku kabur aja. Hhuuuhuuu... beberapa kali aku dipanggil aku pura-pura nggak dengar, eh lama-lama dia panggil begini 'ucil cebol! Sini ibu hukum!'; disitu aku merasa sedih. Hhhuuu...."
"Adaaaahhhh pantesan aja. Kamu kan yang salah. Harusnya minta maaf." Kata budi.
"Iyah, harusnya minta maaf. Ayo kita ketemu bu guru, biar kami antar" kata mimi.
"Nggak mauuuuhuhuhu... atut hhhuu"
Budi langsung toyor kepala ucil. "Atut...atut!, buruan!" Budi senyeret tangan ucil, ucil meronta-ronta di tanah, baju dan celana sekolahnya belepotan tanah. Siapa peduli, keadaan seperti ini mana ingat soal itu.
Akhirnya ucil bisa dipaksa ketemu bu guru Encut. Saat itu diruang guru, bu guru sedang mengompres kepalanya yang benjol dengan air hangat. Hangat kuku biar nggak terlalu panas. Berharap benjolnya nggak kelihatan, sebab kalau kelihatan kan malu. Sebagai guru muda yang cantik jelita bisa kehilangan harga dirinya.
Bu guru diam saja. Dia masih marah, dia pura-pura nggak lihat ucil, budi dan mimi. Hal ini bikin mereka serba salah. Biasanya kalau ada anak yang datang ke ruang guru, disambut dengan hangat dan senyum menggetarkan. Kali ini nggak, bu guru manyun aja persis kutang.
"Ayo cil bilang sama bu guru.." kata mimi berbisik. Ucil masih takut, jadi bibirnya kelu. Sekalipun ia membuka mulut tapi nggak ada suaranya, persis TV di mute. Budi malah cubit-cubit tangan ucil sebagai tanda agar ucil bicara. Bu guru cuek aja didepan komputer sambil tangannya pegangin kain kompresan di kepalanya.
Karena nunggu ucil lama, jadinya budi yang mewakilkan. "Bu guru, maaf. Aku juru bicara ucil mau minta maaf karena penyerangan pakai bambu runcing..."
Bu guru diam aja. Mulutnya masih manyun, sekarang persis ujung jantung pohon pisang.
"Apa maaf ucil diterima?" Tanya mimi memastikan.
Mata bu guru melirik ucil yang menahan tangis tapi air matanya masih membasahi seluruh mukanya sampai-sampai mukanya nggak dikenali sebagai ucil. Ucil
Kelihatan menyesal."Ibu ingin dengar dari mulut ucil sendiri!." Kata bu guru lirih. Setelah itu dia lihat monitor lagi, kain kompresannya nyaris kering.
"Ayo cil..." bisik mimi.
Ucil gemetar, ia kemudian menarik nafas beberapa kali dan tangannya membersihkan mukanya yang penuh air mata dengan bajunya. Setelah itu dia mencoba bersuara. "Tes 1, 2, 3, percobaan..." sangat pelan. Budi langsung toyor kepala ucil lagi. "Ini bukan mau cek sound!" Bisiknya kesal.
"Bu guru, ucil m..minta maaf karena melempar bambu runcing mengenai kepala ibu... tapi ucil nggak mau dibilang cebol, hhhhuuuuuu....uwaaaaaaahhh!." Ucil tiba-tiba menangis keras, sampai ruangan guru rasanya mau pecah.
Tentu saja bu guru Encut kanget dan jadi panik lihat ucil sampai seperti itu. Dia lalu bangun dan mendekati ucil. "Hussssttt... cup cup cup.... ibu nggak jadi marah kok, tadi ibu pura-pura marah karena kesal..." tangis ucil langsung berhenti.
"Terus soal kata cebol itu gimana? Huaaaaaaaaaahhh!" Ucil nangis lagi dengan keras tapi langsung dijitak kepalanya sama budi. Ucil langsung diam karena kaget.
"Soal ibu panggil ucil cebol itu ibu khilaf, kelepasan karena kesal, habis tadi ucil dipanggil-panggil malah lari. Itu contoh murid yang nggak bertanggung jawab!. Tapi baiklah ibu minta maaf karena perkataan itu," Kata bu guru masih agak kesal. Tapi sedikit. "Lagi pula ucil kan harusnya minta maaf duluan karena kepala ibu jadi begini..." bu guru menyingkapkan kerudung sebelah depannya, jidatnya benjol warna ungu.
"Ibu nggak jaga perasaan ucil...huupp!" Tadinya ucil mau nangis lagi tapi bu guru dengan sangat cepat menyumpal mulut ucil dengan kain kompres.
"Iyah, maafin ibu, ucil juga harus jaga tindakan ucil agar nggak merugikan pihak lain. Untung aja cuma ibu yang kena bambu runcing, coba kalau kepala sekolah?, bisa-bisa ucil diikat di pohon sebagai hukuman."
"Iyha bwu muaavi uchhisxxxjk...." karena mulutnya masih disumpel sama kain kompres ya susah bicaranya.
"Iyah ibu mengerti, kita saling memaafkan yah, lain kali ibu dan ucil akan menjaga perasaan masing-masing...," katanya, "sekarang sudah sana masuk kelas lagi!" Bu guru segera mengambil kain dimulut ucil, mimi dan budi lega. Kemudian mereka pamit keruang kelas lagi.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Budi anak SD yang ceria, dan bob anak kambing yang direbonding
Humor[CERITA ANAK-ANAK UNTUK DEWASA]