[TSTIM 5] Pleased, to be Happy - Andi

30 10 0
                                    

Terinspirasi dari lagu
Asal Kau Bahagia by Armada
Dibuat oleh: andieeeeer

Kemarin sore, saat pulang dari les aku tak sengaja melihat Kirana—kekasihku—sedang duduk berdua di salah bangku taman yang selalu aku lalui setiap pulang dari les. Dia adalah Arkan, mantan Kirana sebelum kami menjalin kasih.

Setahuku, dulu mereka berpacaran dari bangku putih biru dan harus putus saat Arkan harus pindah sekolah mengikuti ayahnya yang di mutasi ke luar kota. Aku yang telah mengagumi Kirana, menggunakan kesempatan itu untuk mendekatinya. Hingga sebulan yang lalu akhirnya Kirana menerima pernyataan cintaku.

"Kenapa kamu kembali?" bisikku pada angin saat melihat mereka tertawa bersama. Entahlah, saat melihat itu aku dapat merasakan buncahan perasaan Kirana yang selama ini mungkin terpendam. Rasa sesak tiba-tiba mencakup di dadaku.

Ikbal Syaputra: Yang, lagi di mana?

Sebaris pesan kukirimkan padanya. Dari tempatku berdiri, aku dapat melihat Kirana mengambil ponsel dari sling bag berwarna krim yang dia gunakan.

Kirana Larasati: Lagi di rumah
Kirana Larasati: km dimana? Udah pulang?

Bukan lagi sesak, kini hatiku terasa remuk membaca balasan dari Kirana. Dia berbohong, padahal dengan jelas aku bisa melihat dia sedang duduk berdua, bercanda tawa dengan mantannya.

Ikbal Syaputra: Oh.
Ikbal Syaputra: aku lagi otw balik dari les

Kirana Larasati: Sip. Take care ya
Kirana Larasati: Lop u.

Bukannya bahagia membaca sebaris ucapan cinta dari Kirana. Aku malah makin merasa sakit, karena aku tahu semua itu bohong.

Rasanya inginku menghampiri mereka, lalu membawa Kirana pergi dari sisi Arkan. Tapi kutak bisa. Karena aku terlalu mencintai Kirana, membuatku bertahan untuk menatapnya dari kejauhan. Asalkan dia bahagia, aku rela menahan kesakitan ini.

***

Keesokan harinya, sepulang sekolah seperti biasanya aku dan Kirana akan pulang bersama. Saat melalui taman kemarin, aku membelokkan motorku masuk ke dalam taman. Berhenti tepat di bangku yang kemarin diduduki oleh mereka—Kirana dan Arkan.

"Kita duduk-duduk sebentar, ya," ucapku sambil melepaskan helm yang kugunakan. Kirana cuma mengangguk sebagai jawaban dan ikut melepas helmnya.

Kami pun duduk di bangku itu. Suasananya, terasa berbeda dengan yang kusaksikan kemarin. Kami hanya berdiam diri. Aku mengadahkan wajahku ke arah langit yang terlihat cerah, tak seperti suasana hatiku yang bagai didera badai.

"Yang, gimana kalau kita putus aja." Tanpa dapat kukendalikan, mulutku mengucapkan kata yang sampai mati pun sebenarnya tak ingin aku keluarkan.

Dapat kurasakan Kirana merubah posisi duduknya, mungkin menghadapku. "Kenapa?"

"Aku tahu kamu gak bahagia sama aku," ucapku dengan tetap menatap langit. Aku enggan menatap Kirana, karena jika aku melihatnya, aku tak akan pernah mampu melepasnya.

"Aku bahagia kok. Aku sayang sama kamu, Bal."

Aku tersenyum miris mendengar kalimat Kirana. Coba aku tidak tahu yang sebenarnya, pasti aku akan merasa sangat bahagia.

"Kamu sayang sama aku, tapi cintanya buat Arkan, 'kan?" tanyaku telak. Kali ini aku memilih untuk menatap kedua netranya yang juga menatapku. Aku menyelam pada mata kelamnya, mencari adakah aku di sana.

"G—gak kok, aku sayangnya sama kamu, Bal." Sayangnya dia mengucapkan itu saat aku masih menatap matanya. Aku dapat melihat kilatan ragu pada mata Kirana. Saat itu pun aku tahu, jika dia berbohong.

Lagi, aku tersenyum miris. "Gak usah bohong. Aku gapapa kok. Aku senang kalau kamu senang. Dan aku gak mau ngikat kamu dalam suatu hubungan, kalau hati kamu masih milik orang lain."

"T—tapi, Bal."

"Gak ada tapi-tapian. Yuk, balik." Enggan merasakan sakit yang lebih dalam. Aku pun mengajak Kirana pulang, dengan menarik tangannya. Kirana tidak menolak dan mengikutiku menuju motor.

Sepanjang perjalanan pulang, Kirana terus memelukku. Bersamaan dengan sautan yang dikeluarkan oleh kendaraan lain, aku dapat mendengar suara tangis Kirana.

"Sungguh brengsek kamu, Bal. Bukannya bikin Kirana senang, malah bikin dia nangis," makiku dalam hati.

Tak lama aku menghentikan motorku di depan sebuah rumah yang lumayan besar dan bercat putih. Dengan perlahan Kirana turun dari motor dan menyerahkan kepadaku helm yang dia gunakan.

Dengan senyum yang dipaksakan aku menerima helm bergambar Mickey Mouse, karakter kartun yang disukai Kirana. Aku sengaja membeli helm ini, sebulan yang lalu.

"Janji, kamu harus bahagia," ucapku sambil merapikan rambutnya, yang agak berantakan gara-gara menggunakan helm.

Tanpa menunggu janji dari Kirana, aku segera memutar gas pada motorku dan melaju meninggalkannya.

"Maafkan aku Kirana, kulakukan ini agar kau bisa bahagia, bersamanya."

End.

The Songs That Inspired Me!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang