[TSTIM 10] Aku Pasti Kembali - Lisa

27 9 0
                                    

Terinspirasi dari lagu
Aku Pasti Kembali by Pasto
Ditulis oleh: dreamer926

Malam Rabu, detik demi detik berlalu. Rintik hujan sedaritadi jatuh membasahi bumi. Angin berembus entah dari mana, membuat beberapa kulit tersapu dinginnya udara.

Hanan duduk di pelataran cafe dekat dengan tempatnya bekerja.
Beberapa kendaraan berlalu-lalang dengan ritmenya. Beberapa orang lainnya berjalan kaki di trotoar membawa payung warna-warni. Tidak tahu sudah berapa puluh lampu merah yang berubah menjadi hijau demi menanti seorang Rafan. Untung saja lampu jalan masih berfungsi dengan baik, karena jika tidak, Hanan akan takut menunggu di sekitar sini sendirian.

"Han, maaf aku terlambat." Suara itu terdengar merdu. Hati Hanan menghangat di tengah dinginnya udara malam ini. Hanan menatap Rafan dengan senang. Seseorang yang dinanti-nanti akhirnya tiba juga. Lelaki itu baru saja turun dari bus kota dan kepalanya sedikit terkena air hujan. Rambutnya diusap-usap agar tidak ada air yang tertinggal.

"Gak apa-apa. Asal kamu datang." Hanan tersenyum. Tangannya dikaitkan pada lengan Rafan. Bergelayut dengan manja.

"Kamu mau apa nyuruh aku nunggu di sini? Udah malam, ibuku bisa marah kalau terlalu larut pulangnya." omel Hanan sambil bercanda memasang muka cemberutnya. Sedangkan Rafan memasang muka seriusnya sejak tadi. Ia seperti sedikit mengalami stress berat. Wajahnya tak bisa santai sedikit saja, padahal mereka sedang pacaran.

"Aku mau bilang, besok aku harus pergi ke Jakarta, Han." Rafan to the point. Ia ingin gadis itu tau, tetapi dengan pengakuan seperti ini, Hanan pasti terluka. Penyebabnya tak lain tak bukan adalah Rafan sendiri. Dan itu hal bodoh yang harus dilakukan Rafan.

"Kenapa?" suara gadis itu bergetar. Air di balik pelupuk matanya ingin keluar. Rafan tak tega melihat Hanan yang ketara ingin menangis. Selama berpacaran dengannya, gadis itu sama sekali tak pernah menangisi apa pun. Padahal, ya, air mata itu sulit ditahan. Semua orang mengetahuinya.

"Ada alasan yang buat aku harus pergi dan kamu udah tau apa alasannya. Aku harap kamu masih mau nungguin aku," ucap Rafan yakin. Tekadnya begitu bulat atas kepergiannya.

Hanan sontak memeluk Rafan erat. Ia baru saja bertemu orang yang amat dicintai, namun sekarang mereka sedang berkata-kata untuk sebuah perpisahan. Rafan membalas pelukannya, mengusap-usap rambut perempuan itu, membuatnya semakin terasa nyaman dan tidak ingin melepaskan sang kekasih.

"Jangan pergi, Raf," bisiknya tepat di telinga Rafan. Air matanya tumpah. Mengenai jaket kulit yang dikenakan lelaki tersebut. Mengalir ke bawah, hingga jatuh ke lantai batu.

"Aku hanya pergi untuk sementara." Rafan melonggarkan pelukannya. Orang-orang yang lewat terlihat tidak senang melihat keadaan mereka. Ada yang menegur, ada pula yang melihat dengan tatapan aneh. Memang ini tempat umum, tetapi keadaannya tidak dapat dikondisikan.

"Tapi, kamu ninggalin aku sendiri di sini. Padahal kamu udah janji sama aku, kita bakalan berjuang sama-sama."

"Aku nggak meninggalkan kamu selamanya."

"Kalau nggak selamanya, kapan kamu kembali?"

"Aku nggak tau kapan waktunya, yang jelas aku pasti kembali, Han."

Rafan juga sakit. Ia teramat sedih harus meninggalkan Hanan, tetapi ia harus meski tak mau sekali pun.

"Kalau kamu rindu aku, jangan sedih, ya. Ingat aja satu kalimat janji aku."

"Apa?"

Hanan mendongakkan kepalanya melihat Rafan yang tersenyum tipis. Rambutnya yang berantakan dirapikan dengan jari-jari tangan yang kokoh itu. Hanan menatap Rafan dengan air mata yang telah mengering. Lelaki itu masih saja tersenyum.

"Aku pasti kembali."

The Songs That Inspired Me!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang