Ep. 2

4.8K 284 2
                                    

"Kadang ia datang seperti malaikat, kadang seperti iblis."

Peluh membanjiri kening Sahara. Meski sang raja siang hampir meninggi, namun cuaca dingin tetap serasa menusuk tulang. Berkali-kali Sahara menggosokkan kedua telapak tangannya. Hujan sejak malam tak kunjung mereda. Seolah bulan November menjadi bulan air mata.

Tapi tidak dengan Sahara. Ia melangkahkan kakinya penuh harap, berjalan cepat meski sedikit terhalang oleh baju panjangnya yang hampir menyapu tanah. Gadis berkulit putih dengan tubuh semampai itu memegang beberapa buku di tangan lembutnya. Namun cerobohnya, salah satu buku yang dibawanya terjatuh tepat di depan seorang pemuda berkemeja merah maroon. Padahal tinggal beberapa langkah lagi menuju mesjid Al-Qasas. Ya, mesjid yang sedang ditempuhnya sepanjang hari ini. Meski memang tak terlalu jauh, tapi rasanya hari ini begitu panjang. Pemuda dengan janggut tipis dan tubuh tinggi itu segera mengambil buku sahara. Buku yang sekilas ia lihat bertuliskan 'diary'.

"Mbak Sahara! Ngapain disitu? Ayo!"
Sahara menoleh kesana kemari untuk mencari sumber suara.
 Ternyata itu Bu Husna. Ia sudah menunggu di gerbang mesjid sedari tadi. Tanpa pikir panjang, Bu Husna mengapit tangan Sahara dan membawanya masuk.

"Eh.. mbak! Mbak.. bukunya!"
"Yahh.. malah pergi" keluh nya.
Pria itu pun menyerah, ia juga baru ingat bahwa sekarang ia terlambat masuk kerja. ia pun memasukkan buku Sahara kedalam tas nya.

Segera setelah meminta maaf pada bu Husna, Sahara berjalan menuju mimbar dan duduk bersama penulis-penulis lainnya.

Bu Husna mempersilahkan para penonton untuk mengajukan pertanyaan kepada kami.

Pertanyaan pertama, itu untuk Iqlima. Gadis berumur 20 tahunan. Gadis keturunan Arab berparas cantik dengan mata bulat dan tajam yang bersinar, hidungnya mancung dengan bibir merah muda yang tipis.

 "Luar biasa" pikir Sahara.

Sahara yakin, tak akan ada ikhwan yang bisa menundukkan pandangannya jika dihadapkan dengan bidadari dunia secantik Iqlima yang penuh dengan kelembutan dan keanggunan.

Gadis berkerudung syar'i di tengah-tengah para penonton berdiri dan mulai mengajukan pertanyaannya.

"Bagaimana cara kita menahan rindu dan rasa kagum pada seorang yang belum layak untuk bersinggah di pikiran kita?" Tanya gadis itu.

Iqlima mendengarkan pertanyaan itu dengan seksama, tak perlu waktu lama untuk ia berpikir. Dengan tersenyum simpul, ia mulai menjawab "beberapa rindu tak perlu diucapkan, diutarakan, atau sampai dia tahu. Ada rindu yang hanya tenggelam lewat doa. Karena terkadang rindu hanya butuh doa sebagai obat penenang yang sederhana. Cintailah ia dalam diam, peluklah ia lewat doa, dan jagalah ia lewat tangan tuhan. Percayalah, setiap Hawa akan menemukan Sang Adam dalam perjalanan hidupnya."

Sahara hanya bisa terpaku mendengar jawaban Iqlima. Setiap kata yang ia ucapkan mengandung arti yang luar biasa. Pertanyaan sederhana dengan jawaban singkat yang berarti. Sahara pun bisa melihat gadis yang tadi mengajukan pertanyaan tersenyum puas. Tepukan tangan mulai bergemuruh di seantero penjuru mesjid.

Bu Husna kembali memberi kesempatan kepada mereka yang ingin bertanya, dan ada seorang gadis lagi yang berdiri di dekat pintu keluar. Ia mengajukan pertanyaan kepada Frisqi saqaaf, aha! Itulah namanya. Sedari tadi Sahara berusaha mengingat-ngingat nama itu. Ia pernah melihat nya dalam deretan nama penulis dan motivator yang akan diundang hari ini.  Dan sekarang, ia dapat duduk dan bertemu langsung dengan sang idola.
Ternyata pemuda di sebelahnya ini adalah pemuda yang tulisan dan karyanya selalu dikagumi Sahara selama beberapa tahun terakhir. Ia tak menyangka dapat bertemu bahkan duduk di dekatnya. Tampan dan berkharisma...

Oke, kembali ke gadis tadi.
Ia ternyata mengajukan pertanyaan yang sangat sederhana namun agak susah untuk mencari jawabannya. Pertanyaan nya adalah "mengapa wanita diciptakan dari tulang rusuk?"

"Iya juga ya" batin Sahara

Tapi, dengan tenang dan penuh kewibawaan Frisqi menjawab, "wanita bukan dari tulang ubun ia dicipta, karena terlalu berbahaya membiarkannya dalam sanjung dan puja. Bukan pula dari tulang kaki-kaki, karena tak pantas ia dihina dan disakiti.
tapi dari rusuk kiri
dekat ke tangan untuk dilindungi
dekat ke hati untuk dicintai."

Ahh! Hati Sahara hampir meleleh mendengar jawaban Frisqi. Ia merasa Pria yang berjarak beberapa langkah dari nya itu sudah mulai mencuci otaknya.

"Jawaban yang luar biasa. Apa ada lagi yang mau bertanya?" Sahut Bu Husna.

"Apa itu cinta menurut pandangan anda mbak Sahara?"

Sahara terdiam beberapa saat.
"Cinta..  perasaan luar biasa yang merupakan fitrah dari sang Maha Kuasa.
Namun, ia bisa berbalik menjadi fitnah. Tenggelam dalam angan-angan belaka, kadang tak sesuai dengan harapan, kadang tak sesuai dengan doa.

Meski tiap bersujud dan bertasbih kau selipkan namanya
Meski lelah penantian mulai menyelimuti kalbumu
Meski langkah mu hanya dipenuhi perasaan rindu yang bergejolak
Jika Allah berkata 'dia bukan milikmu'
Maka kau tak bisa lakukan apapun.

Cinta.. kadang ia seperti senja.. indah, namun hanya sesaat
Segera terhalau oleh dinginnya angin malam
Segera terganti oleh pekatnya langit yang mulai menghitam

satu kata sederhana. Namun sulit tuk didefinisikan
Kadang ia datang seperti malaikat
Kadang seperti iblis
Menggoda iman dan ketakwaanmu
Menggoda hati dan pikiranmu
Membawa mu menuju kesenangan sesaat

Cinta.. mengobati namun menyakitkan
Bersinar namun mengaburkan
Mengikat namun memisahkan
Dan indah namun menyeramkan

Kadang kau berjuang mati-matian hanya untuk mendapatkannya
Kadang kau menghalau seisi dunia hanya untuk mendapatkannya
Bahkan terkadang kau korbankan cinta Tuhanmu hanya untuk mendapatkannya

Terbalut indah dengan kepingan kata dan ucapan manis
Tapi tak selalu berujung manis

Maka itu lah cinta
mencintai atau dicintai, serumit itu adanya."

Gadis November [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang