Aku sudah pernah merasakan semua kepahitan dalam hidup dan yang paling pahit ialah berharap kepada manusia
(Ali bin Abi Thalib)
🍃
Adam menatap lekat wajah seorang gadis di hadapannya. Gadis dengan mata lebar bak Ariel dalam dunia dongeng itu hanya mampu membalas tatapan Adam dengan nanar. Senyum getir tercetak jelas di bibir mungilnya. Tubuhnya membeku, hatinya perih bagai ditikam pedang berkali-kali. Gadis itu tak kuasa mengucapkan sepatah kata pun, tenggorokannya tercekat. Ia berusaha mencerna setiap kata yang Adam lontarkan beberapa detik lalu. Pikirannya sibuk menerawang kenangan manis yang pernah terjadi. Waktu dan takdir seolah membalikkan semuanya tanpa ampun. Tak lagi ada harapan, tak lagi ada suara detak jantung. Semua beralih menjadi begitu kelam, gelap dan menakutkan. Sungguh tak pernah ada bayangan hal seperti itu akan terjadi.
"Iqlima... Aku..."
"Kenapa? Kenapa harus seperti ini akhirnya?!"
Dalam hati, Iqlima memaki para penulis novel yang selalu menuliskan happy ending bagi sang tokoh protagonis dalam cerita manapun. Namun apa yang ia dapatkan sekarang? Pertanyaan-pertanyaan mulai memenuhi benaknya.
Mengapa Tuhan begitu tega menuliskan akhir skenario menyedihkan bagiku? batinnya
Hatinya hancur berkeping-keping. Bulir bening airmata tak lagi dapat dibendungnya, menitik perlahan di pipi tirusnya yang lembut.
Mentari di ujung cakrawala bergerak pelan meninggalkan dunia.
Adam menghembuskan nafasnya berat.
"Sungguh Iqlima, bukan ini yang aku inginkan. Tapi percayalah, Allah telah membuat rencana yang lebih baik untukmu. Seseorang yang telah bersanding dengan mu di lauhul mahfudz mungkin bukan aku. Tapi aku yakin, ia adalah orang yang lebih baik dibanding aku. Ia akan menjagamu dan membahagiakan mu jauh lebih baik baik dari apa yang telah kulakukan selama ini. Maaf... maaf, untuk segala perih dan penatmu, maaf telah membuatmu menunggu terlalu lama, lalu muncul dengan kabar seperti ini. Menyapamu di hari itu, adalah hal terbodoh yang pernah kulakukan. Satu pesanku Iqlima, jangan biarkan luka yang telah ku ukir dalam hatimu itu membekas terlalu lama. Buka hatimu untuk sang calon imam yang kan datang menjemputmu tak lama lagi. Ia akan datang dengan berani menemui ayahmu tanpa pernah berani menyapamu. Tapi... jika Allah berkehendak, sejauh apapun aku pergi, sejauh apapun aku berlari, aku akan kembali padamu. Tapi...""Tapi jika aku bukanlah tulang rusukmu..." potong Iqlima
"Tak peduli seberapa keras aku mencoba melawan takdir, jika Allah berkata 'Kau bukan milikku' maka..."
Ucapan Iqlima tertahan, bahu nya berguncang menahan tangis. Ia menggigit ujung bibir bawahnya pilu. Gadis dengan kacamata round frame bening di matanya itu memalingkan wajah keluar jendela.
"Maka... aku tak bisa lakukan apapun."
Lanjutnya pahit.Beberapa kali ia mengusap airmatanya cepat. Meski hancur, ia tetap ingin terlihat tegar dan tenang. Ia berusaha sekuat tenaga menampilkan senyum di sela-sela tangisnya walau dadanya terasa begitu sesak. Teringat dalam benaknya beberapa waktu lalu, sikapnya saat itu begitu menyedihkan.
Aku tak percaya aku pernah sebodoh itu demi seseorang, batinnya.
FLASHBACK ON
IQLIMA'S POV
From : 0857********
"Assalamu'alaikum...
Iqlima, maaf jika baru bisa menghubungimu hari ini. Ada yang ingin ku bicarakan
Adam"

KAMU SEDANG MEMBACA
Gadis November [Completed]
Spiritual[spiritual-romance]♡ "Salahkah aku bila hati ini tak mau berhenti tuk mengagumimu?" - Sahara "Allah tidak akan memberikan apa yang kau mau. Tapi Ia akan memberi apa yang kau butuhkan." - Frisqi "Jika Allah berkata kau bukan milikku, maka aku tak bis...