Ep. 11

2.9K 187 0
                                    

Gemerlap bintang menghiasi hitam pekat di gelapnya malam. Bulan sabit kali ini terlihat bagai lampu tidur yang memantulkan cahaya redupnya.

Sayup-sayup terdengar suara jangkrik yang menambah hening suasana malam. Sang bola api di ujung cakrawala telah benar-benar terlelap.

Sahara menatap bosan katak yang terdiam mematung. Ia rasa katak tersebut sedang menunggu datangnya mangsa, seekor nyamuk mungkin. Yah, itu bukan hal yang benar. Hanya duduk diam dan berharap rezeki datang padamu bagai keajaiban? Kalimat itu tidak pernah ada pada jiwa-jiwa berkelas.

Sahara merasa kesuksesan pun perlu dijemput. Kita perlu usaha untuk mendapatkan apa yang kita inginkan. Jangankan kehidupan di dunia nyata. Cinderella, Dongeng terkenal yang menjadi pengantar tidur anak-anak dan menjadi dambaan setiap wanita pun tidak mengajarkan untuk hanya diam menunggu sampai sang pangeran berkuda putih menjemput tuk menawarkan tahta dan istana besar yang megah. Even miracles take a little time.

Lagipula, apapun yang telah kita dapatkan tanpa usaha tentu akan terasa hambar dan kurang memuaskan. Akan terasa lebih baik, jika hasil yang kita dapat tak terlalu seperti yang diharapkan namun telah kita kerahkan segala yang terbaik. Perihal berhasil atau tidak, itu urusan nanti. Mimpimu--berhasil atau tidak kau raih, setiap langkahmu akan tetap menjadi sejarah.

Sejujurnya, saat ini Sahara sedang mengobati dirinya sendiri. Beberapa jam yang lalu, ia mengadakan bedah buku bersama beberapa penerbit dan penulis lainnya.

Manfaat nya jelas sangat banyak, penulis dapat dengan mudah menerbitkan buku nya di penerbit yang sama. Hal ini karena penerbit telah mengenali kualitas penulis sehingga tidak segan-segan untuk menerbitkan buku baru. Biasanya juga ada kontrak bila kualitas sang penulis sudah terjamin.

Namun, terkadang yang membuat Sahara kesal adalah banyak anggapan bahwa 'manfaat bedah buku hanya untuk penulis saja'. Padahal, umumnya penulis mendapat keuntungan dari tiap bukunya hanya sekitar 10-12%. Bisa dibilang, kalau harga satu buku Rp. 35.000,00 maka penulis akan mendapat royalti hanya sebesar Rp. 3.500,00.

Namun jelas bukan itu yang membuat Sahara sedih. Ia sedih karena dalam acara bedah buku, image dan pegetahuan si penulis akan digali sedalam-dalamnya. Padahal sudah dari seminggu ini ia telah mempersiapkan segalanya termasuk hal yang paling penting, mental dan materi.

Namun takdir tetaplah takdir. Ia mendadak nervous saat berada di depan. Dan beberapa pertanyaan tak dapat dijawabnya. Tentu itu membuat beberapa pembacanya merasa kecewa.

"Lagi mikirin apa?"
Suara seseorang mengejutkan Sahara.

Lho sejak kapan Mas Frisqi duduk disini? Batin Sahara.

Sahara segera memperbaiki posisi duduknya dan menghadap ke arah Frisqi.

"Aku daritadi duduk disini ngeliatin kamu lho."
Tebakan yang tepat. Ia seperti dapat membaca pikiran Sahara. Intuisinya hebat sekali.

"Ah masa sih? Kok aku gak nyadar?" Ucap Sahara gugup.

"Mungkin kamu terlalu asik berdebat dengan pikiranmu. Mikirin apa sih? Serius banget."

Frisqi memangku dagunya dengan tangan kirinya. Lalu ia menyilangkan kedua tangan di dadanya seolah sudah tak sabar menunggu jawaban Sahara.

"Mikirin yang tadi ya?"

Ah! Tepat sekali. Kenapa sih dia bisa tau segalanya? Batin Sahara heran.
Emang dia cenayang?

Sahara memilin khimarnya dengan gelisah.
"Kamu keren kok tadi. Ini pasti pertama ya buat kamu."
Sahara mengangguk pelan.

Gadis November [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang