Bagai deru mesin di keheningan fajar
Bagai duri tajam di kelembutan sutra
Bagai kelamnya hitam di balik indah senja
Jika kau tanya keadaanku
Seperti itulah....
.
.
.
.Gelak tawa melingkupi suasana sebuah rumah. Beberapa orang terlihat sedang asik menyantap makan malamnya.
"Jadi gimana nih? Kita mau langsung nentuin tanggalnya setelah ketemu sama orangtua Adam?" Aisyah terlihat sangat antusias membicarakan ini.
Tangan kanan dan kirinya terlihat tengah sibuk menggendong dan menyuapi Syifa.
Sahara hanya membisu di tengah keramaian. Sekelilingnya terdengar riuh. Namun ia merasa seperti sendirian. Ia menatap kosong nasi dan soto buatan Aisyah dan Umi yang ada di hadapannya. Entah mengapa, ia merasa tak selera menyantap apapun yang ada di meja makan kali ini.
Padahal Umi sengaja membuat makanan kesukaan Sahara khusus untuk malam ini. Hal itu bukanlah tanpa sebab. Malam ini, seperti biasa Adam diajak untuk ikut makan malam di rumah mereka. Sampai selesai pun, Sahara masih tak bersua. Ia seperti mati rasa sekarang.
Tubuh dan jiwanya terasa remuk hancur melebur dengan semua harapan dan penyeselan. Ia hanya ingin segera tidur--merebahkan tubuhnya dan melupakan segala yang telah terjadi, perihal Adam atau bahkan perihal Frisqi yang telah berlalu dalam kehidupannya.
Sahara Qoulan Syadiida.. aku menyukai seluruhnya tentang dirimu. Tutur katamu, tingkah lakumu, segala sifat baik dan burukmu. Dan semuanya.
Kata-kata itu terngiang kembali dalam benak Sahara.
Aku tak pernah tau perasaanmu. Tapi, besok aku telah berencana untuk pergi ke rumahmu bersama kedua orangtuaku.
Semuanya terekam dengan sangat jelas. Senyum indahnya, suaranya, dan semua kalimat pernyataan cinta yang ia ungkapkan kemarin, semua terputar lagi dan lagi seperti kaset rusak dalam memori Sahara.
PRAAANG!!!
"Astagfirullah! Sahara kamu kenapa, Nak?" Tanya Umi.
Tanpa sadar, Sahara memecahkan piring yang sedang di cuci nya. Untung saja Adam dan Abi tak mendengarnya, mereka sedang berbincang di teras rumah Sahara.
"Maaf Umi. Ara gak sengaja."
Sahara berusaha membersihkan pecahan-pecahan piring yang berserakan di lantai dapurnya."Kamu duduk di luar aja gih.. temenin Adam. Ya?" Sahut Aisyah yang tiba-tiba masuk ke dapur.
Sahara melirik ke pecahan piring yang ada di dekat kakinya.
Aisyah mengerti apa yang ada dalam fikiran Sahara. Ia bisa melihat semua yang Sahara rasakan dari manik matanya yang berkaca-kaca.
"Kamu pasti capek tadi baru pulang kuliah. Sekarang keluar gih. Kamu butuh udara segar. Ini biar Mbak yang beresin." Aisyah mengusap bahu Sahara pelan.
Senyum manis Aisyah yang biasanya mampu membuat Sahara merasa lebih baik, sekarang tidak. Tapi ia membenarkan ucapan kakak iparnya. Ia memang butuh sejenak menjernihkan pikirannya.
"Sini, Ra!" Abi yang melihat Sahara datang segera menyuruhnya duduk.
Abi terlihat sedang agak sibuk dengan ponselnya.
"Ra.. kamu temani Adam dulu ya. Abi harus telpon temen Abi dulu."
Abi berlalu setelah mengusap kepala Sahara.

KAMU SEDANG MEMBACA
Gadis November [Completed]
Spirituelles[spiritual-romance]♡ "Salahkah aku bila hati ini tak mau berhenti tuk mengagumimu?" - Sahara "Allah tidak akan memberikan apa yang kau mau. Tapi Ia akan memberi apa yang kau butuhkan." - Frisqi "Jika Allah berkata kau bukan milikku, maka aku tak bis...