Ep. 5

3.7K 219 0
                                        


مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيْبَةٍ فِي الأَرْضِ وَلا فِي أَنْفُسِكُمْ إِلاَّ فِي كِتَابٍ مِنْ قَبْلِ أَنْ نَبْرَأَهَا إِنَّ ذَلِكَ عَلَى اللهِ يَسِيْرٌ # لِكَيْلَا تَأْسَوْهَا عَلَى مَا فَاتَكُمْ وَلَا تَفْرَحُوْا بِمَا ءَا تَكُمْ وَاللهُ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَا لٍ فَخُوْرٍ #

“Setiap bencana yang menimpa di bumi dan yang menimpa dirimu sendiri, semuanya telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfudz) sebelum Kami mewujudkannya, sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. Agar kamu tidak bersedih hati terhadap apa yang luput dari kamu, dan tidak pula terlalu gembira dengan apa yang Dia berikan untukmu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong dan membanggakan diri.” (QS. Al-Hadiid: 22-23)

💐💐💐

"Sahara?"
Sang pemilik nama menghentikan aktivitas tawar menawarnya dengan salah seorang penjual di pasar.

"E-eh... Mbak Iqlima!"

"Panggil Ima aja, supaya lebih akrab."

Hari ini, pakaian yang dikenakan gadis berhidung mancung itu terlihat lebih santai. Hanya dengan gamis coklat muda polos dengan pasmina hitam yang dililit asal di leher jenjangnya. Make up yang terpoles di wajah tirus nya pun terlihat natural jika dibandingkan dengan acara kemarin.

Jari-jari lentiknya terlihat sudah penuh menenteng beberapa kantong pelastik belanjaan.

"Mau beli apa, Ra?"
Tanya nya sembari membetulkan tas selendang yang melorot di tangan kirinya.

"Ooh.. enggak Mbak!"

Sahara meralat panggilannya. Perawakan dan sifat anggun Iqlima yang menunjukkan sifat lebih dewasa itu membuat sahara agak sulit jika hanya harus memanggil nama.

Ya, meski dalam usia pun Iqlima beberapa tahun lebih tua dari nya.

"Eh..., Ima." Lanjutnya sambil menggaruk tengkuk nya yang tak gatal.

"Ini, Aku cuma bingung mawa bawa apa untuk anak-anak panti. Tadi, ibuku sedang buat kue. Terus karena gula nya habis, Aku diminta beli ke pasar. Tapi karena gak sengaja liat toko mainan, aku jadi pengen bawa sesuatu juga."

Iqlima hanya ber oh-ria mendengar penuturan Sahara-teman seprofesinya.

"Apa tidak sebaiknya kamu belikan sesuatu yang lebih bermanfaat, Ra?"

Sahara memandangi boneka barbie cantik yang sedang dipegangnya di sebuah toko mainan.

"Emm... buku-buku dongeng atau alat tulis misalnya?"

Dalam hati Sahara membenarkan ucapan Iqlima.

"Mau Aku anter?" tanya Iqlima antusias

"Aku tau toko buku bagus dekat sini lho!" lanjutnya dengan tatapan berbinar.

Tentu saja Sahara mau. Tapi...

"Apa gak akan ngerepotin?"
Tanya nya khawatir. Pasalnya ia melihat Iqlima begitu kelimpungan menenteng pelastik-pelastik di tangannya.

"Ya enggak lah, tempatnya deket kok!"
Sahutnya disusul dengan tawa renyah.

.
.
.
.

"Kakak...! Jangan pulang sekarang ya..."
Ujar gadis mungil dengan tatapan penuh harap yang sekarang sedang mengikutinya dari belakang.

"Lho... Asma? Kamu ngapain ngikutin Kakak, Hm?"

Sahara terkekeh geli melihat kelakuan lucu Asma.

Gadis November [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang