Taehyung pulang ke apartemen, itu yang Soyoung tahu. Wanita itu dapat mendengar langkah kakinya, tapi karena rasa kantuk yang luar biasa, Soyoung tidak terlalu memperdulikannya dan lebih memilih tetap memejamkan matanya.
Ia terlalu lelah, sampai ia merasakan sesuatu menutupi tubuhnya, rasa hangat langsung membungkusnya.
Soyoung tersenyum dengan mata yang masih terpejam. "Terimakasih."
***
Usapan lembut di kepalanya, membuat tidurnya sedikit terganggu, perlahan wanita itu membuka matanya.
Pandangannya masih buram karena efek bangun tidur, ia mengucek matanya dan menguap kecil.
"Apa aku bermimpi? Kenapa kau bisa disini?" Kim Soyoung, wanita itu mengangkat tubuhnya sendiri untuk duduk, ia tersenyum tipis. "Yoongi, oppa?"
Yoongi tidak berekspresi, laki-laki itu hanya menatap lurus tepat ke kedua bola mata Soyoung.
"Opp-"
"Kau tidur disini?" tanya Yoongi, suara laki-laki itu benar-benar terdengar sangat dingin sampai membuat Soyoung bergidik ngeri.
Dengan tatapan yang tak lepas dari Yoongi, Soyoung mengangguk. "Iya."
Yoongi menghela nafasnya. "Apa dia tidak memberimu kamar tidur? Disini dingin! Kau sedang hamil, dan itu anaknya, apa tidak ada empati sama sekali? Jika tidak bisa karenamu, setidaknya untuk anaknya!" emosi Yoongi meluap, ia benar-benar marah, pada Taehyung.
Lagi-lagi, laki-laki itu menghela nafas kasar dan berdiri, ia berniat melangkah ke kamar Taehyung, hendak menghajar laki-laki itu, tapi tangan Soyoung menahannya. Yoongi menunduk, menatap Soyoung yang juga tengah menatap padanya, dengan tatapan memohon.
"Jangan, oppa. Ini masih pagi, jangan membuat keributan, kumohon."
Yoongi diam, tatapan matanya masih tampak jelas ia marah, tapi... Melihat kedua mata Soyoung yang benar-benar terlihat memohon padanya, ia urung, laki-laki itu kembali mendudukkan dirinya dan menghela nafas kasar.
Yoongi mengambil ponselnya, mengetik entah apa. Dan Soyoung yang merasa jika Yoongi sedang tidak ingin di ganggu pun beranjak dan melangkah ke dapur.
---
Usai mencuci muka dan menyikat giginya, Soyoung memilih untuk membuat sarapan.
Ada Yoongi disini, setidaknya ia harus menyajikan sesuatu. Walau ia tidak tahu, entah bagaimana laki-laki itu bisa disini, pagi-pagi sekali, bahkan sebelum sang pemilik apartemen bangun.
"Masak apa?"
Soyoung yang tadinya tengah menatap masakannya kini mendongak, tersenyum tipis pada Yoongi yang bertanya.
"Kimbab, hanya bahan itu yang ada, maaf."
Yoongi tersenyum, wajah marahnya tidak lagi ada, ia mengambil posisi tepat di samping Soyoung.
"Tidak apa, aku juga suka kimbab, tapi kenapa ada kotak bekal?" tanya Yoongi.
Soyoung tersenyum, ia menutup kotak bekal yang sudah dihiasnya, ia menoleh untuk menatap Yoongi, tangannya bergerak untuk menggeser kotak bekal itu ke depan Yoongi.
"Untukmu, bawa ya. Aku selalu ingin membuatkan bekal untuk seseorang."
Yoongi tersenyum, ia raih kotak bekal itu. "Baiklah, terimakasih, lalu..." Yoongi menatap kearah satu lagi kotak bekal lainnya. "Itu?"
Soyoung mengikuti arah pandang Yoongi, wanita itu tersenyum tipis, sangat tipis. "Itu..."
"Hyung, ayo, kita terlambat."
KAMU SEDANG MEMBACA
Vacuous || KTH [Dibukukan]
Random[Dibukukan || tidak tersedia di toko buku] [Vacuous Series 01] ⚠️[Chapter cerita tidak lengkap] Kesalahan apa yang telah ia buat di masa lalu? Atau kesalahan apa yang telah di perbuat orang tuanya hingga ia yang harus membayar semuanya? Kehidupan y...