Soyoung dan Taehyung kini tengah dalam perjalanan menuju Daegu, karena ibu Taehyung meminta mereka datang. Entah dalam rangka apa karena terlalu tiba-tiba, Taehyung sendiri tidak tahu.
Soyoung terus membuka matanya, mencoba tidak untuk terlelap walau kini kepalanya sudah terasa sakit menahan kantuk. Ia hanya ingin menemani Taehyung menyetir mobil, ia merasa tidak enak jika dia harus tertidur lelap sedangkan Taehyung harus terjaga.
"Jika kau ingin tidur, tidurlah."
Soyoung menoleh kearah Taehyung, wanita itu mengerjap beberapa kali. "Ah, iya, j-jika kau lelah, kita bisa berhenti sebentar untuk istirahat, oppa."
Taehyung tidak menjawab, laki-laki itu hanya menoleh sekilas dan menghela nafas.
Soyoung menunduk, rasanya bicara namun tidak di respon itu cukup menyakitkan, tapi untungnya ia sudah terbiasa. Dan karena rasa kantuk yang benar-benar tidak lagi dapat di tahannya, ia pun memilih tidur.
***
Soyoung mengernyit ketika seseorang memanggil namanya, ia membuka matanya dan menegakkan tubuhnya.
"Sudah sampai, turunlah."
Dan Soyoung semakin mengernyit, Secepat itukah?
Dari Seoul ke Daegu memang tidak terlalu jauh, hanya menempuh beberapa jam perjalanan, tapi ia tidak menyangka bahwa tidur selama itu dan bangun sudah tiba di kota kelahiran suaminya itu.
Soyoung membuka pintu mobil dan turun, wanita itu mengedarkan pandangannya, di depannya kini sudah ada sebuah rumah yang tampak benar-benar nyaman dan cukup besar.
"Ayo masuklah."
Ia tersadar dan berhenti memandangi rumah itu ketika Taehyung bersuara dan melangkah lebih dulu dengan membawa dua koper mereka. Soyoung pun berlari kecil berusaha mengejar Taehyung yang kini sudah lumayan jauh.
--
Saat tiba di depan pintu rumah, mereka di sambut baik oleh wanita paruh baya yang masih tampak cantik di usianya yang tidak lagi muda itu. Wanita itu tersenyum dan langsung memeluk Soyoung.
"Aigoo, menantuku, akhirnya kau datang juga."
Soyoung tersenyum, membalas pelukan sang ibu mertua. "Maaf eomonim, aku baru bisa kemari sekarang."
Nyonya Kim pun melepaskan pelukannya. "Tidak apa, aku tahu Taehyung sibuk sekali, ayo masuklah, di luar dingin."
"Ya eomonim."
***
Usai makan bersama dengan keluarga Taehyung, kini Soyoung sudah berada di kamar Taehyung, suaminya itu juga ada disini, tapi hanya fokus pada ponselnya duduk di pinggir kasur. Sedangkan ia sendiri masih berdiri di dekat pintu, entah kenapa berdua saja bersama Taehyung seperti ini benar-benar canggung, tapi kenapa saat bersama Yoongi dia tidak?
"Kau tidak lelah berdiri terus seperti itu, huh?"
Soyoung mengerjap pelan, wanita itu bingung harus jawab apa dan lebih memilih untuk duduk di sofa yang berada tepat di samping tempat tidur Taehyung.
"Terpaksa kita tidur bersama untuk beberapa hari ke depan, aku tidak ingin orang tuaku curiga."
Soyoung hanya mengangguk pelan, benar-benar tidak tahu harus menjawab apa. Ia bisa melihat wajah Taehyung yang sepertinya sangat berat dengan kondisi saat ini, apa Taehyung benar-benar merasa jijik pada dirinya hingga untuk tidur bersama pun rasanya berat sekali?
Wanita itu menunduk, tersenyum miris, dadanya seperti di remat, rasanya begitu sesak.
"Jika kau ingin tidur, tidurlah, aku akan keluar bertemu ayahku."
Dan lagi, Soyoung hanya mengangguk patuh tanpa berani mengeluarkan sepatah katapun, bahkan ketika Taehyung sudah pergi dari kamar itu pun, ia hanya menatapnya dalam diam tanpa suara yang berpindah posisi keatas tempat tidur Taehyung, merebahkan tubuhnya disana. Ia tersenyum ketika aroma Taehyung dapat di ciumnya, begitu menenangkan.
***
"Eonni, bagaimana kalau kita olahraga? Ya? Temani aku, aku anak perempuan sendirian disini, Tae oppa jarang pulang, dan Jeong Gyu, bocah nakal itu jarang sekali di rumah, mau ya, ya?"
Soyoung menggigit bibir bawahnya, ia menatap adik Taehyung ini ragu. "Olahraga apa?"
"Bagaimana kita lari saja? Di sekitar sini."
"Lari?" Soyoung sedikit membulatkan matanya, ia menunduk menatap perutnya dan merabanya pelan. "Lari ya? Eum... Bagaimana ya?"
Ia bingung, ia belum memberitahu tentang kehamilannya, malah berencana untuk menyembunyikannya saja dari keluarga Taehyung. Lalu ia harus menolak bagaimana ajakan Eonjin?
"Eonni, bagaimana? Mau kan?"
"Ah itu... Eum, kenapa kau memanggilku eonni? Bukankah kau lebih tua dariku?"
"Heum?" Eonjin merotasikan bola matanya keatas, berpikir. Benar-benar mirip Taehyung jika lagi bingung. "Itu karena kau kan istri oppa ku, jadi tidak salahkan jika aku panggil eonni, ah ngomong-ngomong jangan alihkan pembicaraan, mau kan?"
"A-aku-"
"Dia tidak bisa."
Soyoung dan Eonjin menoleh ketika suara bariton itu ikut menyahuti.
"Taehyung oppa." ucap Eonjin. "Memangnya kenapa eonni tidak bisa?" tanyanya.
Taehyung mengambil duduk, tepat di samping Soyoung, laki-laki itu meletakkan tangannya melingkar di bahu Soyoung. "Dia sedang hamil, jadi tidak bisa."
Soyoung menoleh cepat kearah Taehyung, wanita itu jelas saja terkejut, belum mengatasi detak jantungnya yang menggila karena Taehyung merangkulnya, kini di tambah lagi dengan Taehyung yang berkata bahwa dirinya hamil.
"Ha-hamil?"
Taehyung mengangguk, sedangkan Soyoung menunduk dalam.
"EOMMA! SOYOUNG EONNI HAMIL!"
"Astaga anak ini."
TBC!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Vacuous || KTH [Dibukukan]
Random[Dibukukan || tidak tersedia di toko buku] [Vacuous Series 01] ⚠️[Chapter cerita tidak lengkap] Kesalahan apa yang telah ia buat di masa lalu? Atau kesalahan apa yang telah di perbuat orang tuanya hingga ia yang harus membayar semuanya? Kehidupan y...