Biarkan tetes tinta hitam, menodai putihnya kertas-kertas perjalanan ini.
Biarkan semua tercatat sampai akhir dunia.
Biarkan saja.
Jangan kau ubah alur dari setiap kejadiannya.
Jangan kau hilangkan bagian kelamnya.
Bagian kelam dari coretan tinta.
Bagian kelam dari perjalanan sejarah.
Biarkan itu menjadi saksi kepada dunia.
Bahwa dibalik rute kehidupan, terdapat kepahitan yang tiada duanya.
Secarik perjalanan juga banyak terdapat kenangan.
Entah kenangan yang bagaimana rupanya.
Pahit seperti larutan garam,
Atau manis bagai wajah sang dewi malam?Sebait puisi ku tuliskan, kala teriknya mentari siang. Tanggal 22 Oktober 2017, pukul 11.29. Di ruangan 2x3 meter tempat biasa aku tidur dalam kesenyapan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dimana Sebenarnya Negeriku?
DiversosAngin menyapu dahan pohon. Menggoyangkan daun. Daun yang ada di ujung dahan pohon. Yang rapuh namun masih tetap bertahan