Malam hari, gemericik air hujan terdengar kembali.
Malam waktu kembali ke dunia mimpi.
Mimpi yang tak bertepi.
Kadang menyisakan isak di hati,
Kadang memberi harapan di pagi hari.Kulihat dari jendela yang di ambang tembok tinggi.
Di depannya terlihat pucuk-pucuk menara tak bertepi.
Sebuah narasi timbul dari dalam hati. Mengetuk sebuah lantunan sajak mimpi-mimpi. Hingga mulai muncul melodi puisi.Dalam mimpi
Aku mengadu
Menangis tersedu
Mengeluh rinduDalam mimpi
Aku bercerita
Tertawa
Juga gembiraNarasi itu bagai angin musim gugur. Sayup dan tak luput membawa kehangatan sisa dari musim semi. Juga membentuk sebuah bayangan yang semu dan luntur tersapu angin itu sendiri.
Sayup-sayup ku dengar dentang jam 11 malam. Mataku mulai lelah tak tertahankan. Semilir angin masuk menembus jendela ku disini. Menyisir sisa-sisa peluh yang tak kunjung henti.
Hingga perlahan ku diam dan tertidur dalam melodi puisi-mimpi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dimana Sebenarnya Negeriku?
РазноеAngin menyapu dahan pohon. Menggoyangkan daun. Daun yang ada di ujung dahan pohon. Yang rapuh namun masih tetap bertahan