8*

2.9K 113 13
                                    

Tidak seperti hari-hari sebelumnya, hari ini Rana berangkat sekolah bersama Zidan. Sebenarnya Rana sudah menolak dengan alasan tidak mau merepotkan,tetapi Zidan tetap memaksa. Jadi mau bagaimana lagi, akhirnya mereka pun berangkat bersama ke sekolah.

"Nih,helmnya. Thanks ya." ucap Rana saat turun dari motor seraya mengembalikan helm pada Zidan.

"Iya,santai aja. Yuk,ke kelas!" sahut Zidan dengan bersemangat disambut anggukan kepala dari Rana. Lantas mereka berdua pun berjalan beriringan menuju kelas mereka yang memang bersebelahan. XII ipa 1 dan XII ipa 2.

Di perjalanan menuju kelas,banyak sekali pasang mata yang menatap mereka dengan pandangan tidak suka. Terutama tatapan para siswi yang sedang bergosip ria di koridor. Dalam sekejap mata saja mereka sudah mulai membicarakan kedekatan Rana dan Zidan.

Rana yang melihat itu semua merasa kesal. Mengapa orang-orang itu selalu membicarakannya?bukan terlalu percaya diri,tapi itu memang benar adanya. Orang-orang di sekolahnya sangat sering membicarakan permasalahan antara dirinya dan Rafa.

"Gak usah didengerin. Gak guna." ucap Zidan membuyarkan pikiran Rana."Buat apa ngedengerin mereka yang jelas-jelas gak tau apa-apa?ngabisin waktu lo aja,Ran."

"Gimana gue gak denger,gue kan punya telinga kali,Dan." bantah Rana.

"Maksud gue tuh,omongan mereka gak usah dimasukkin ke hati."

"Ooh..kirain."

Zidan menggelengkan kepalanya tak habis pikir."Lo itu pinter-pinter lemot juga ya ternyata. Gak abis pikir gue. Masa kayak begitu aja lo gak ngerti."

"Hehe.." Rana memasang cengiran konyolnya.

Tak lama setelah itu,mereka pun sampai di kelas Rana.

"Udah sampe kelas lo,nih. Yang rajin kalo belajar,jangan tidur mulut kerjaan lo." canda Zidan membuat Rana mendengus kesal.

"Apaan,sih?adanya juga elo kali yang tukang tidur." balas Rana."Yaudah sana,hush!"

"Dih,masa cogan kayak gue diusir?"

"Bodo,wlee.."ejek Rana seraya masuk ke kelasnya meninggalkan Zidan yang masih menatapnya sambil tersenyum di depan kelas. Sampai saat ini tidak ada seorang pun yang tau bahwa selama lima tahun terakhir ini, seorang Razidan Putra Mahardhika telah menyimpan rasa kepada seorang Kyrana Azalia Putri. Begitu lamanya sampai ia sendiri tidak tau,sudah seberapa dalam perasaan yang ia punya untuk gadis itu.

***

" Dan,emang bener sekarang lo sahabatan sama Rana?"tanya Adam membuka obrolan diantara mereka.

Zidan mengangguk,"Iya."

"Lo itu sebenernya suka sama Rana,ya?" tanya Vino to the point membuat Zidan nyaris tersedak air yang sedang diminumnya.

"Apaan sih lo?ngaco." elak Zidan.

"Beneran lo gak suka sama Rana?jujur aja kali,susah amat." celetuk seseorang yang baru datang dan langsung mengambil tempat duduk disamping Vino. Siapa lagi kalau bukan Rafa.

"Emang urusannya sama lo apa?gak ada,kan?yaudah."

"Dan,bukannya gue udah bilang ya,jangan deket-deket sama Rana?kok sekarang lo malah sahabatan sama dia,sih?"

Zidan memutar bola matanya malas,"Bukan urusan lo."

"Urusan lo jadi urusan gue juga,Zidan."

Zidan hanya mendengus sebal. Ia tak pernah mengerti dengan jalan pikiran Rafa. Memangnya dia harus selalu lapor mengenai kejadian apapun?masa ia tidak bisa bebas memilih teman?

RANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang