29*

1.7K 77 1
                                    

"Jadi?"

"Paan?"

*Hehe, biar de javu:)

"Kenapa lo bawa dia?" tanya Rana sambil matanya menatap tajam Bintang yang baru saja duduk di samping Chelsea.

Ya, Rana tidak menanyakan Keyra karena jujur saja Rana tidak pernah membenci gadis itu. Selama ini, ia dan Keyra baik-baik saja. Di belakang Bintang tentunya. Jadi ia tidak masalah jikalau Chelsea membawa Keyra ikut. Tapi Bintang?masalahnya saja berhubungan dengan Bintang. Ia sengaja mengasingkan diri agar tidak berurusan dengan Rafa maupun Bintang. Tapi apa yang Chelsea lakukan?gadis itu malah membawa sumber masalah ke hadapannya langsung. What the-

"Gue sengaja." jawaban Chelsea tidak bisa di mengerti oleh Rana maupun Bintang.

Sengaja?apanya?

"Gue mau kalian selesain masalah kalian hari ini."

"Ya tapi kan-"

"Kata gue hari ini ya hari ini."

Skak.

Memang tidak ada yang bisa membantah perintah seorang Chelsea Widya Maharani.

"Gue mau, masalah lu berdua selesai hari ini tanpa ada yang di tutup-tutupin lagi." ucap Chelsea seraya bangkit dari duduknya dan menyuruh Keyra ikut dengannya. Kedua gadis itupun pergi keluar rumah, meninggalkan kedua gadis lainnya saling terdiam di dalam, tanpa ada yang berniat berbicara terlebih dahulu.

5 menit.

10 menit.

Oke.

Keduanya mulai bosan.

"Bin."/"Ran."

Hm.

"Lo duluan."/"Lo duluan."

"Oke gue duluan."Bintang pun inisiatif memulai lebih dulu. Ia sadar bahwa ia adalah pihak yang bersalah disini dan sudah seharusnya ia menjelaskan semuanya pada Rana. Dan jika boleh, ia berharap kali ini Rana memaafkannya.

"Gue salah sama lo."

"Emang."

Jleb.

"Orangtua gue cerai."

"Gue udah tau."sahut Rana tanpa menatap Bintang.

"Mereka cerai beberapa hari sebelum ulang tahun gue. Saat itu gue bener-bener gatau harus gimana. Gue anak tunggal. Gue ngerasa gue gak pumya siapa-siapa karena orangtua gue mutusin nitipin gue sama nenek."

Rana diam, mendengarkan ulang penjelasan Bintang walaupun sebenarnya tanpa diberi tahu pun ia sudah tahu.

"Gue sampe lupa, kalo gue masih punya sahabat yaitu kalian. Terutama lo, Ran."

Sungguh, Rana benci mendengar hal ini. Hell, bagaimana bisa seseorang lupa pada sahabatnya sendiri??

"Ditambah, gue gak tau kalo kalian semua ngerencanain sesuatu buat ulang tahun gue. Karena gue paling deket sama lo, kalian pura-pura jauhin gue dan deket sama lo. Disitu gue salah paham."

Rana ingat kejadian itu. Kejadian dimana mereka berusaha untuk membuat kejutan untuk Bintang namun nyatanya gadis itu malah menghancurkan segalanya. Persahabatan mereka, tentunya.

"Gue mikir kalian semua jauhin gue. Gue iri pas Rafa dengan terang-terangan perhatian sama lo di depan gue. Walaupun gue gak naksir sama Rafa, tetep aja gue kesel ngeliat itu semua. Sampai akhirnya gue ngelakuin sesuatu yang berakhir dengan hancurnya persahabatan kita semua. Gue nyesel, Ran."

RANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang