10

131 9 0
                                    

Author Pov

Perempuan cantik jelita itu masih meringkuk di atas ranjangnya. Padahal pukul sudah menunjukan pada 06.30 berarti setengah jam lagi bel sekolahnya berbunyi.

Suara ketukan dikamarnya membuatnya merasa risih tetapi ia tetap belum ingin membuka matanya.

Pintunya dibuka oleh seseorang. Iya Rifki. Rifki geleng geleng kepala melihat kelakuan gadisnya yang masih tertidur.

Rifki menciumi seluruh wajah gadisnya kecuali bibir tipisnya. Rifki tersenyum saat mengetahui bagaimana cara membangunkan gadisnya dengan cepat.

Ia mencium bibir tipisnya sambil melumatnya. Perlahan lahan lidah Rifki terjulur untuk menjilat bibir bawah gadisnya.

Gadisnya kaget. Ia langsung membuka matanya lalu berlonjak menjadi berdiri dan menatap tajam kearah Rifki.

"Ihh! lo tuh apa apaan si!" ucap Rania sedikit membentak.

Rifki tak menjawab ucapan Rania, Rania berjalan cepat kearah kamar mandinya untuk menjalankan ritual paginya.

Setelah pintu kamar mandi tertutup Rifki tak langsung keluar dari kamar Rania melainkan memainkan ponsel Rania terlebih dahulu.

Mula mula ia membuka aplikasi galeri nya. Ia melihat foto foto bersamanya. Terlihat lucu dan mesra sekali menurutnya.

"Ki tolong ambilin handuk dong!" Teriak Rania yang masih di dalam kamar mandi.

"Tapi cium ya!" Jawab Rifki teriak juga.

"Ih iya udah cepet!" Jawab Rania pasrah.

Rifki tersenyum bangga dan berjalan untuk mengambil handuk Rania lalu memberikan pada Rania.

Pukul 06.45 Rania telah selesai dari aktivitas mandinya. Rania berjalan seperti biasa kearah kursi meja riasnya dan memoleskan bedak tipisnya lalu memoleskan liptint kearah bibir tipisnya.

Rifki terus menatap Rania tanpa henti sambil tersenyum bahagia.

Kadang waktu itu bisa menjadi sangat baik ataupun jahat terhadap kita. Rifki harus merasakan waktu yang jahat sebelum mendapat waktu yang baik.

Kali ini Rifki benar benar bersyukur bisa bertemu dan menjalin hubungan terhadap Rania.

"Ayo turun kita sarapan." ajak Rania lalu Rifki menganggukan kepalanya sebagai jawaban.

Mereka turun kelantai bawah untuk sarapan bersama Ramdan.

Disana Ramdan tengah mengoleskan selai coklat nya kearah roti.

Rania sangat beruntung mempunyai abang seperti Ramdan tetapi ia juga merasa bersalah. 'padahal gue cewe tapi susah dibangunin. Sedangkan bang Ramdan keliatan banget aura mamih nya' .

Mereka lalu sarapan bersama tanpa suara hanya dentingan sendok atau garpu saja yang memenuhi ruangan ini.

Rania melihat kearah pergelangan tangan nya untuk melihat jam berapa pagi ini. Dan ternyata mereka terlambat, mereka terlambat sudah 10 menit.

Rania panik, gelisah, bingung semua bercampur aduk memenuhi pikiran nya.

"Ayo cepet berangkat kita udah telat!" ucap Rania lalu berjalan cepat kearah mobilnya diikuti juga oleh Rifki dan Ramdan.

"Kita naik motor gue aja Ran, takut macet." pinta Rifki kepada Rania.

"Lah gue?" tanya Ramdan polos.

HimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang