15

80 8 0
                                    

Bel kapan kah engkau berdering?

Sudah lama Rania menunggu bel pulang sekolah berdering tetapi yang ditunggu tidak berbunyi. Sudah satu setengah jam lebih Rania bosan dengan pelajaran Pak Kusnadi.

Pak Kusnadi adalah guru yang mengajar pelajaran sejarah. Pelajaran dimana guru-guru akan menceritakan kisah kisah perjuangan para pahlawan pahlawan kita. Dia juga salah satu guru ter- killer di SMA Merah Putih.

Sedari tadi Rifki sudah mengajak Rania berbicara tetapi respon Rania hanya anggukan dan gelengan kepala saja. Ia masih merasakan perih di hati nya akan kelakuan Rifki.

Rania sesekali memejamkan matanya merasa sangat mengantuk. Sudah satu jam setengah lebih Pak Kusnadi hanya bercerita tentang kisah pahlawan.

Rania membuat lekukan di tangan nya lalu menenggelam kan kepalanya di lekukan tangan nya itu. Rania perlahan memejamkan matanya, Merasa kantuknya datang dan perlahan ia mulai tertidur.

Rifki menatap Rania yang tertidur. Satu tangan Rifki terangkat lalu pelan pelan mengusapkan puncak kepala Rania.

Rifki mengembangkan senyum nya menatap Rania yang tertidur. Rifki mengecup singkat puncak kepala Rania. Lalu ia mengambil posisi menghadap wajah Rania dan mulai menatap nya.

Untung saja mereka berdua tertutup dengan badan besar milik Udin, teman sekelasnya. Sedangkan Pak Kusnadi terus menceritakan kisah pahlawan sambil memakai kaca mata bulatnya.

Mata Pak Kusnadi memicing memfokuskan penglihatan nya terhadap siswa yang terduduk dibelakang kursi Udin. Ya, dia sedang memperhatikan Rania dan Rifki.

Setelah penglihatan nya benar, ia melepaskan kaca mata nya dan menaruhnya diatas meja guru.

"Rifki Rania!!" Panggil Pak Kusnadi sambil membentaknya.

Rania tersentak kaget karna ada bentakan. Hanya Rania, Kalau Rifki? Masih tertidur pulas menghadapnya.

Rania mengerjapkan matanya berkali kali. Lalu ia mengerutkan dahinya tetapi hanya sejenak saja.

"Kamu ngapain tidur berdua di saat jam pelajaran saya?! Bangunkan Pacar kamu itu!"

Rania tersenyum kikuk lalu ia menggoyang goyangkan bahu Rifki.

"Ki bangun ki."

"Enggh."

"Kiii!" Bisik Rania sekali lagi.

"Ah-iya?" Akhirnya Rifki mulai mengerjapkan matanya berkali kali lalu menatap Rania setelah itu Pak Kusnadi.

"Rifki Rania! Jam pelajaran saya masih ada dua jam lagi dan kalian berdua malah asik asikan tidur!! Sekarang kalian cepat keluar dan lari lapangan 25 putaran!" Perintah Pak Kusnadi.

Mereka melongo. 'Yang bener aja lari lapangan yang gedenya naujubillah udah gitu 25 putaran lagi. Ck!" Batin Rifki mendengus.

"Ayo tunggu apa lagi?! Cepat Keluar dan kerjakan hukuman kalian sekarang!!"

"Iya pak iya, Yuk sayang." Ajak Rifki sambil mengambil pergelangan tangan Rania lalu berjalan santai keluar dari kelas.

Rifki menarik pelan pergelangan tangan Rania dan Rania hanya menurut saja. Saat Rifki melihat ada segerombolan genk anak kelas XII di bawah tangga, Rifki langsung mengubah posisi tangan nya tersebut menjadi berada di pinggang Rania dan mempertipis jarak diantaranya.

Rania menoleh dan menatap wajah Rifki dengan ekspresi yang sulit diartikan. Disaat mereka sedang melewati genk kelas XII, mata Rania tak sengaja bertubrukan dengan bola mata Rian.

HimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang