27

92 4 0
                                    

"Satu kelebihanku. Jika aku mencintai, aku mencintai dengan setulus hati. Satu kekuranganku. Jika aku terlanjur mencintai, aku sulit untuk berpaling ke lain hati."

- Rifki Satrus Raried -

~~~

"Kamu gak usah bantuin sayang nanti kamu kecapean." Rifki menengok kebelakang dengan kedua tangannya memegang setang motor kawasaki ninja berwarna merahnya.

Rania mengelap keringatnya yang berada di dahinya dengan salah satu tangannya. "Gak papa kok gak cape juga."

Rifki berhenti dari aktivitas mendorong motornya yang mogok akibat melindas tiga paku payung kecil dan menyebabkan motornya mogok.

Rania juga membantu Rifki mendorong motornya. Ia tak tega jika ia melihat Rifki mendorong motornya sendirian. Rasanya tak adil saat melihat Rifki yang lelah sendiri.

Saat Rifki berhenti dari aktivitasnya otomatis Rania juga berhenti dari aktivitas mendorongnya.

Rifki mengeluarkan ponselnya yang tadi sempat ada di saku celana seragam sekolahnya. Rania yang melihat itu pun langsung mengerutkan dahinya. "Kamu ngapain sih Ki?"

"Sebentar dulu ya sayang, aku lagi bilang sama taksi langganan Mama biar jemput kamu disini." Ucap Rifki tanpa mengalihkan pandangannya dari ponselnya itu.

Rania menghentakkan kakinya keras lalu memandang ke arah Rifki dengan cemberut. Bibirnya yang hampir tipis itu maju beberapa senti ke depan.

Setelah selesai untuk memanggil supir taksi tersebut, Rifki memasukan lagi ponselnya ke dalam saku celanannya. Ia menyetandarkan motornya lalu ia menatap ke arah Rania yang sedang cemberut seperti itu.

Rifki berjalan menghampiri Rania yang sedang menatapnya dengan tatapan sedikit tidak suka. Saat sudah sampai di depan wajah Rania, Rifki mengelus pipi kanan Rania dengan lembut. "Kamu kenapa hei?"

Rania menatap Rifki dengan tatapan kesal. "Buat apa kamu manggil taksi?"

"Ya buat nganterin kamu lah sayang." Rifki mencubit gemas pipi Rania yang mulus.

Rania menghentakkan satu kakinya di aspal dekat ban motor milik Rifki. "Ih! Gak mau, aku gak mau ninggalin kamu pokoknya!"

"Aku gak mau kamu telat trus dihukum sama bu Arneli, cinta."

"Tapi aku mau sama kamu Kii,"

Rifki mempertipis jarak di antaranya. "Sayang dengerin aku, aku gak mau kamu kecapekan gara gara bantuin aku belum juga kita dihukum. Jadi aku mohon kamu turutin kata kata aku, lagi pula permintaan aku permintaan yang positif kan bagi kamu?"

"Iya sih, ya cuma--" Ucapan Rania terhenti karna ada sesuatu yang kenyal menempel di bibirnya tetapi hanya beberapa detik saja.

Rifki tersenyum jahil ke arah Rania yang sedang memelototi Rifki dengan tatapan tajamnya. "Kamuuu!"

Rifki menaikan kedua alisnya sambil masih tersenyum jahil. "Apa? Mau lagi? sini."

Rania mendorong dada Rifki supaya menjauh darinya. Ia menoleh saat melihat mobil taksi ada di depan mereka.

"Tuh udah dateng taksinya, sana masuk." Rifki menunjuk taksi tersebut dengan dagunya.

HimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang