Part 3

91 4 0
                                    

Malam ini ia kembali ke kelab itu. Seperti biasa hanya memesan minuman dan duduk di tempat yang sama pula. Kaus hitam dan celana jeans abu-abu serta rambut cepol asal-asalan menjadi ciri khas nya di kelab itu. Ia seperti tak memiliki tujuan lain. Tubuhnya seakan sudah disetel menjadi mesin otomatis yang setiap malam melangkah ke tempat yang disebut 'surga' itu a.k.a Paradise.

Tubuh yang semakin kurus dan mata yang semakin sayu menunjukkan betapa tak berdayanya ia saat ini. Air mata pun telah habis untuk semua kesialan yang satu persatu merenggut warna kehidupan yang ia miliki sebelumnya.

Sia-sia.

Hanya itu yang ada di pikirannya. Semua perjuangan yang ia lakukan sedari dulu semua hanya omong kosong. Kini tak ada lagi alasan untuk berjuang. Memperjuangkan apa? Memperjuangkan siapa? Mamanya sudah direnggut paksa dari kehidupannya. Adiknya diambil oleh keluarga mamanya. Dikhianati oleh mantan kekasihnya. Dan hingga sekarang ia masih berstatus PENGANGGURAN. Apa lagi? Ia sebatang kara.

Bahkan bila ia bertanya dosa apa yang telah ia lakukan sehingga hidupnya berubah kcau balau seperti ini, ia tak kunjung menerima jawabannya. Padahal sebelumnya ia selalu menunjukkan bahwa dirinya adalah seorang yang baik. Tak pernah terlintas di pikirannya untuk berkelakuan seperti ini. Mabuk-mabukan. Pulang pagi.

Bahkan ia tak lagi mau mendengarkan siapapun. Beberapa orang yang pernah menasehatinya hanya ia balas dengan anggukan. Jikalau mereka mulai meninggikan suara mereka ketika melihat kelakuannya yang seperti ini, ia pun hanya bisa diam.

Mereka tau apa? Bagaimana bisa mereka paham namun tak pernah mengalaminya?

Ditenggaknya habis sisa minuman di gelasnya sambil memejamkan matanya. Ia benar-benar sudah mabuk sampai tak sadar bahwa dirinya daritadi sudah menjadi pembicaraan para pria yang akan segera menjalankan aksi mereka.

Sedari tadi para pria hidung belang itu memang mengincarnya. Melihat Kyra mabuk seorang diri tentu saja memancing mereka untuk mendekatinya. Mereka bertaruh bagi siapa saja salah satu dari mereka yang bisa menidurinya akan mendapatkan mobil salah satu temannya.

Hal itu tentu saja semakin memotivasi pria-pria itu untuk mendapatkan tubuhnya.

"Jika kalian bisa mendapatkannya malam ini, salah satu mobilku akan menjadi milik kalian," ujar salah seorang pria berjaket hitam.

"What? Do you even realize? Dia bahkan nggak terlihat seksi sama sekali," timpal pria lainnya yang hanya mengenakan kaus berkerah.

Yang lain terkekeh mendengarnya. Kali ini mereka sama-sama menertawakan tawaran temannya yang konyol itu.

"Wanita yang disana lebih cocok buatku." Ia kemudian menunjuk seorang wanita seksi berpakaian minim yang hanya dibalut dengan tanktop hitam dan rok merah di atas lutut memperlihatkan pahanya yang mulus.

"Bilang aja kalau kamu udah nyerah duluan ya kan? Kamu harus banyak baca buku. Supaya kamu tahu apa artinya don't judge the book by the cover." Pria berjaket hitam itu menepuk pundak temannya

"Rendy... Rendy... Rendy. Kalau gitu kenapa bukan kamu aja yang membuktikannya jadi kamu bisa ceritakan pengalamanmu ke kita?" Temannya menggeleng dan tersenyum mempersilahkan pria berjaket hitam yang akrab disapa Rendy maju untuk mengambil tempatnya.

Rendy hanya mengedikkan bahunya dan membuat dirinya benar-benar menghampiri wanita itu. Sementara teman-temannya sudah bersemangat sekali melihat aksi nya kali ini. Rendy yang sedang sangat percaya diri kini duduk di samping wanita yang tak lain dan tak bukan adalah Kira.

Ia mengamati Kira sejenak, berdehem untuk menarik perhatiannya. Namun bukan perhatian yang didapatnya, gadis itu justru berlalu meninggalkannya. Rendy sama sekali tak dianggap olehnya. Dengan sigap Rendy menarik tangannya ketika Kira ingin menjauhinya.

My ConfessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang