Part 7

1 0 0
                                    

"Angga," panggil seorang pria yang ternyata adalah Rendy yang memang masih terlihat berkeliaran di kantor Angga. Ia langsung menghalau jalan Angga dan Kira. Kini Rendy saling berhadapan dengan mereka.

"Rendy. Kamu masih disini?" tanya Angga yang kaget melihat sahabatnya itu ternyata masih di kantornya.

Rendy mengangguk, namun menampakkan wajah bingungnya sembari bertemu pandang dengan Angga dan gadis yang saat ini ada di sebelah Angga.

Rendy sendiri yakin, kalau ia pernah melihat wajah gadis itu.

"Aku tadi ngobrol sebentar sama Laras," jawab Rendy.

"Ini siapa Ga? Kayaknya tadi aku nggak liat dia di ruangan kamu. Kok nggak dikenalin sih?" tanya Rendy lagi.

Kira yang sedari tadi tangannya digenggam oleh Angga semakin nervous, ketika mendengar pertanyaan dari Rendy.

Angga yang sadar dengan kegugupan Kira tersenyum mendengar pertanyaan sahabatnya itu, mencoba untuk tetap tenang.

Dibalik sikap tenangnya itu, Angga masih bingung harus menjawab apa, ia sendiri tak pernah ditanya langsung seperti itu. Daritadi karyawannya saja tak ada yang berani menanyakan hal itu kepada Angga. Sekarang dia malah sudah disodorkan pertanyaan yang dia sendiri masih tak tau jawabannya.

"Nanti kita bicara lagi Ren," kata Angga singkat, namun tetap tak menjawab pertanyaan dari Rendy.

Rendy yang memiliki jiwa petarung teramat sangat, malah merasa tertantang mendengar kata-kata Angga barusan, membuat dirinya semakin penasaran dengan gadis disamping Angga. Padahal sejak tadi mereka mengobrol di ruang kerja Angga, namun ia yakin tidak melihat sosok gadis itu di ruangan.

"Wah. Wah. Jadi sekarang seorang Aswangga sudah berani menyimpan perempuan di ruang kerjanya meski nggak punya status apapun. Ternyata kamu bisa nakal juga ya Ga," serunya pada Angga dan memberikan tepukan tangan pada Angga yang menandakan bahwa Rendy mengejeknya.

Suasana mulai tidak nyaman diantara keduanya. Sekarang gentian Kira yang menggenggam erat tangan Angga tanpa sadar.

"Ini bukan urusan kamu Ren,"

Angga kini mulai kesal dengan cara bicara Rendy.

Kata-kata Rendy itu tentu saja didengar oleh semua karyawan di kantor Angga. Sengaja atau tidak, Rendy menjatuhkan Angga di depan karyawannya sendiri. Bahkan Rendy juga menghina gadis disampingnya itu.

"Ups. Okay dude. Ini memang bukan urusanku. Tapi lain kali, jangan simpan sendiri mainannya. Sesekali ajak juga sahabatmu ini," serang Rendy masih tertawa dengan nada mengejek.

Rendy mengalihkan tatapannya kepada gadis disamping Angga yang sedari tadi mencuri perhatiannya. Ia mengamati gadis itu, mengamati setiap lekuk wajahnya.

"Dia cantik."

Rendy mendekatkan wajahnya ke Kira. Kira secara spontan langsung sedikit menjauh.

Rahang Angga mengeras melihat reaksi Rendy itu. Ia pun menahan tubuh Rendy dengan tangannya agar tidak mendekat kepada Kira.

"Ren."

Tatapan Angga kini mulai marah. Karyawan yang lain hanya menatap mereka yang juga penuh rasa ingin tau. Mereka seperti menonton drama saat ini.

Laras yang sadar dengan suasana yang mulai memanas, berlari menghampiri tempat perkara. Laras dengan segera menyentuh lengan Rendy dengan lembut.

"Pak Rendy, sepertinya sudah tidak ada lagi yang perlu didiskusikan. Untuk kelanjutan hasil pembicaraan bisnis tadi, nanti akan saya informasikan kembali melalui email untuk menjadwal ulang pertemuan Pak Rendy dan Pak Angga," sergah Laras.

My ConfessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang