"Apa dia baik-baik saja?" tanya Jackson ketika dilihatnya Jianna mempercepat langkahnya ketika baru keluar dari lift.
Diikutinya tatapan pria berkacamata tebal tersebut pada gadis yang kini semakin menjauh dari pandangan mereka.
"Peka sekali pandanganmu jika gadis asia itu ada disekitar kita, namun sayang dia tidak punya intuisi yang sama denganmu." Kata pria yang duduk disebelahnya, sedikit tertawa.
Jackson berdiri, tanpa berkata apapun ia tinggalkan rekannya. Tentu, dengan seringai yang tak pernah ia nampakkan pada siapapun. Apalagi jika ia telah mendengarkan suatu omong kosong tentangnya. Sayang sekali, tak seorangpun tahu pria baik ini terkadang bisa jadi jahat hanya karena perkataan-perkataan yang membuat hatinya terusik.
Dikejarnya gadis yang sudah sampai pada pintu keluar gedung. Jianna tolehkan wajahnya dengan senyumnya yang kala ia berhasil mendekatinya. Ia terpesona, tentu.
"Ada apa, Jackson?" tanyanya lembut seolah jiwanya dalam keadaan damai.
"Malam ini," ia terdiam sejenak membuatnya mengerutkan kening. Dilanjutkan kalimatnya yang sempat terputus, "aku ingin mengajakmu makan bersama."
Jianna nampak berpikir, "Um, maafkan aku Jack, aku ada penafsiran bahasa bersama Tn. Philip Antonio. Lain kali saja bagaimana?"
"Setelahnya bagaimana, Ji? Aku akan menjemputmu." Sergah Jackson.
"Baiklah."
"Sampai jumpa nanti malam."
Hati Jianna bertambah gundah kala menerima undangan makan bersama Jackson. Entah karena apa ia mempunyai firasat yang kurang baik. Ia yakinkan hatinya sekali lagi untuk tak berprasangka buruk pada pria yang ia anggap sahabatnya.
***
Selepas kepergian kedua orang yang sedari tadi memenuhi satu sofa panjang di ruangan elegan berwarna putih tersebut, ia hembuskan nafas lega meskipun hatinya tak merasakan hal yang sama. Ia selalu profesional jika menyangkut pekerjaannya untuk mengalihkan bahasa agar dimengerti seseorang.
"Terimakasih atas bantuanmu, Jianna. Aku bahkan tidak bisa membayangkan bahwa di zaman modern seperti ini ternyata masih ada orang yang tidak bisa bahasa Inggris." Kata Tn. Philip sambil menyelipkan senyum.
"Itu sebenarnya pilihan, Tn. Philip. Ketika mereka mau untuk belajar berarti mereka akan lebih mudah bertemu klien tanpa harus ada perantara. Sayangnya mereka selalu beralasan bahwa usia sudah tak lagi muda untuk mempelajarinya."
Pria paruh baya tersebut menimang perkataan gadis dihadapannya ini. Tutur katanya yang tegas nan lembut membuat point cantik pada dirinya semakin menjulang ke angka tertinggi. Ditatapnya gadis dihadapannya dengan lembut. Ia sungguh laksana seorang malaikat. Mengingatkannya pada mendiang putri sulungnya yang selama tiga tahun belakangan tak pernah dapat ia temui lagi.
"Tuan, Anda baik-baik saja?" tanya Jianna.
Ia mengerjap lalu tiba-tiba senyum simpul nampak dibibirnya. Gadis ini hanya merasakan keanehan yang terjadi pada kliennya kala ia dapati tatapan lembut tadi.
"Ah, aku baik. Aku hanya teringat putriku. Ia mirip sekali denganmu."
"Dia pasti tengah menunggu kepulanganmu di rumah, bukan."
Tak ada jawaban yang keluar dari bibirnya yang tipis. Ia diam seraya membereskan berkas-berkas miliknya. Begitu juga dengan Jianna. Tak berangsur lama setelahnya, ia tersenyum pada Jianna lagi.
"Ini sudah terlalu malam untuk gadis sepertimu bekerja. Sekali lagi terimakasih atas bantuanmu, Nona Jianna."
Ia mengangguk, lalu diberinya salam dengan berjabat tangan. Ia tinggalkan kliennya dengan langkah pelan. Ia mengaduh kala pintu yang hendak ia buka justru lebih dulu terbuka hingga menabrak keningnya. Tuan Philip menghampiri Jianna yang masih menunduk memegangi keningnya. Terlihat memerah memang lalu dialihkan pandangannya pada seseorang yang baru menyembul dengan raut tak bersalah.
![](https://img.wattpad.com/cover/107819286-288-k766035.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Fatalité
ActionJianna Delarose adalah seorang Interpreter profesional yang bekerja dibawah naungan perusahaan penerjemahan di wilayah Perancis. Ia gadis biasa dengan hidup normal. Awalnya memang normal, tetapi tidak lagi setelah ia mengetahui sebuah rahasia besar...