Diteguknya satu gelas champagne dingin yang sedari tadi ia diami hingga tandas. Tangannya bergerak menaruh sebatang rokok diantara bibirnya setelah meletakkan gelas, terkadang mengisap nikotin memang terasa menyenangkan apalagi jika punya beban berat yang belum bisa teratasi. Matanya terpejam. Kepulkan asap kini bergerak bebas dari bibirnya setelah menerobos paru-parunya. Masa bodoh jika ia ketahuan minum dan merokok, ia teramat stress setelah kedatangan dua orang di penthousenya malam tadi dalam keadaan yang kacau. Tentu itu bukan kebiasaan si dokter muda.
"Narendra Alvarez, I'll kill you before!" ujarnya dengan senyum sinis.
Matanya terbuka kala seseorang meringsek masuk ruangan pribadinya tanpa menekan bel ataupun mengetuk pintu. Ia berdecak, kelancangan seseorang masuk tanpa izin darinya harusnya ia marahi, bukan. Namun, tatapannya justru melembut kala dilihatnya Joselyn, suster terdekatnya batuk-batuk kala baru menutup pintu.
"Dokter— uhuk... uhuk..."
"Ini ruangan ber-AC. Tidak seharusnya Kardiolog seperti Anda merokok apalagi mabuk." Desisnya seraya menutupi hidungnya dengan kertas ditangannya.
"Tidak sopan sekali masuk tanpa seizinku. Apa kau selalu melakukannya setiap aku pergi?"
Menyadari kesalahan yang diperbuatnya, gadis itu menunduk dengan wajah memerah.
"Maaf Tn. Raxel." Ujarnya.
Joselyn tak berbuat apapun lagi. Ia jatuhi dokter muda tersebut dengan sekali lirikannya. Kakinya bergerak melangkah hendak meninggalkan ruangan yang sudah bercampur asap itu. Baru selangkah. Raxel bangkit dari duduknya, menghampirinya.
"Mau terlibat lebih jauh denganku rupanya, Andara Tan alias Jocelyn Freund?"
Jocelyn menegang, tak berani ia balikkan tubuhnya hanya untuk berhadapan dengan seseorang yang entah tahu darimana nama aslinya tersebut. Langkahnya kian mendekat. Dirasainya sebuah benda yang kini menempel dipelipisnya. Moncong pistol yang membikin tubuhnya gemetar.
"Terkejut?!" kata Raxel, dipitingnya leher gadis itu hingga mengaduh.
"Le... pas." Ujarnya dengan nafas tersengal.
Raxel melepas pitingannya, lalu didorongnya tubuh tersebut hingga membentur tembok.
"Aakh!" pekiknya.
"Tell me, fake nurse!!!" teriak Raxel. "Atau adikmu yang menjadi taruhannya!"
Jocelyn/Andara menatap nanar Raxel yang makin menghimpit dahinya dengan pistolnya. Begitu juga tangannya yang mencengkeram erat bahunya.
Sial! Kau terlalu cerdas untuk dia kelabuhi, Raxelizo. Batinnya.
"Aku tidak takut!" teriaknya.
Raxel mengeluarkan ponselnya lalu menyerigai kala suara teriakan yang menyambutnya melalui loud speaker. Diarahkanya ponselnya pada wajah gadis itu.
"Kakak... Kakak Andara, tolong. Isshk... isshkk... tolong aa... aku—"
Beep!
Andara memejamkan matanya sebentar. Wajahnya yang putih tersebut sudah pucat pasi kala didengarnya suara adiknya yang meronta. Bibirnya bergerak perlahan, meskipun ragu ia tetap menceritakan segala yang ia tahu pada pria yang baru ia ketahui punya sisi gelap meskipun ia seorang dokter.
"Aku tidak pernah main-main!!" ucapnya seraya menekan tubuh meringis itu. "Sisi gelap seseorang akan keluar jika menyangkut hal yang paling dibencinya."

KAMU SEDANG MEMBACA
Fatalité
ActionJianna Delarose adalah seorang Interpreter profesional yang bekerja dibawah naungan perusahaan penerjemahan di wilayah Perancis. Ia gadis biasa dengan hidup normal. Awalnya memang normal, tetapi tidak lagi setelah ia mengetahui sebuah rahasia besar...