Playlist: Taylor Swift - Blank Space.
..
Bryan Pov
New york city, Amerika Serikat
08.00 amCalling is Calvin.
''Hallo"
"Batalkan jadwalku hari ini, Calvin,''
"Tidak. Aku sedikit kelelahan,"
"Aku hanya ingin istirahat"
"Thanks, Calvin! Kau memang manager-ku yang pengertian''
"Baiklah!" ucapku menutup panggilannya.
Sudah ku katakan, bukan? Bahwa Calvin memang bisa ku andalkan. Aku kelelahan? Tentu saja, tidak. Itu hanya alasan palsuku saja. Hari ini aku hanya ingin bersama dengan Karen seharian.
Pagi ini, seperti biasa Karen sudah menyiapkan makanan untukku. Jujur, makanan buatannya memang selalu enak. Dia memang sudah pantas menjadi calon istriku. Sialan, mengapa aku berpikiran seperti itu? Ah, sepertinya otakku sudah gila!
Karen yang melihatku langsung mengatakan. "Kau tak bekerja?"
"Tidak.'' ucapku singkat.
"Mengapa?'' Karen bertanya lagi.
"Sekarang—aku sedang ingin jalan - jalan. Kau mau ikut tidak?" ajakku padanya.
Sialan, entah mengapa aku jadi ingin selalu berada di dekatnya. Ku akui aku memang mulai penasaran dengannya. Mungkin kah aku tertarik padanya?
Beberapa detik Karen terdiam lalu membalas. "Kemana?''
"Ke suatu tempat yang dapat melihat banyak burung," terangku.
"Memangnya, ada?'' tanya Karen keheranan.
Aku langsung mengangguk. "Ada. Kalau begitu aku akan mandi terlebih dahulu,''
Aku bergegas meninggalkan Karen menuju kamar mandi.
"But—" teriak Karen yang belum selesai, terdengar di telingaku. Karen memang belum menyetujuinya. Tapi, aku bersikeras agar dia tetap ikut. Yaitu, dengan cara itu. Aku tak peduli bila nanti dia memarahiku.
Setelah selesai mandi dan sudah rapih memakai pakaian yang ku kenakan. Aku memanggil salah satu pelayanku untuk memberitahui pada Karen agar segera menemui ku di dalam mobil.
Sesudah beberapa menit kemudian, aku menunggunya di dalam mobil. Karen pun datang menghampiriku lalu mengatakan. ''Kau memang gila, tuan besar! Aku bahkan belum menyetujui bahwa aku akan ikut atau tidaknya. Lalu sekarang, kau malah menyuruhku untuk pergi dan menyegerakan aku?!''
See, aku tersenyum lebar saat Karen memarahiku. Sialan, wajahnya begitu sangat menggemaskan. "Hahaha. Jangan marah - marah seperti itu, Nonna. Aku hanya tak ingin kau menolakku,''
"Kalau begitu, aku dengan senang hati menolakmu,''
"Percayalah, nanti kau akan menyesal kalau tidak ikut,''
''Tidak, terima kasih tuan. Silahkan pergi dengan wanita yang lain saja,'' Aku tak menjawabnya karena jika aku sedang berdebat dengan Karen. Aku tak akan mungkin menang. Dia memang pandai dalam berbicara lebih tepatnnya menghindar.
Aku pun menarik tangannya untuk masuk ke dalam mobil karena Karen tak siap wajahku tiba - tiba tak sengaja berhadapan lagi dengan wajah Karen. Jarak wajah kami sangatlah dekat. Aku bisa merasakan napasnya. Aku melihat wajah cantik Karen membuat jantungku berdetak lebih cepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Perfect Supermodel!
RomansKaren Kertanegara. Kehidupan gadis cantik yang berparas cantik bak model papan itu nyaris sempurna. Bagaimana tidak? Terlahir dari keluarga kaya raya serta memiliki orangtua yang sangat menyayanginya, dan memanjakannya. Namun, semua mendadak lenyap...