Terdengar bait satir kau ucapkan perlahan namun begitu keras menghujam, seakan tak lagi kau peduli akan hidupku yang begitu melarat sudah. Kau terus besumpah serapah menyumpahi buatku sakit hati. Tak cukupkah kau buat ku hancur setelah aku kau tinggalkan? Tak kah kau bahagia lagi melihat jutaan kegagalan yang kian terus menerus menoreh luka? Oh dikau wahai sang puan, jika benar begitu. Apalah daya mampu kulakukan, sekarang hanya ada doa yang mampu ku ucap pelan. Semoga, setelah aku kau tinggalkan kau benar-benar jauh dari rasa menyesal jauh dari karma dan semoga pula bahagia terus kau dapatkan bersama orang yang akan menggenggam tanganmu selanjutnya. Teruslah berbahagia, tak usah kau peduli tentang aku biar aku sendiri disini menyepi dan pelan-pelan mati.
Pulau Sebuku,
KAMU SEDANG MEMBACA
belum ada judul
PoetryHanya seonggok daging berjalan yang tercipta dari cipratan mani dua insan anak adam.