Terlarut dalam hening malam, tampak bocah lelaki kebingungan. Apa yang ingin diceritakan nya atau bahkan sekedar ditulis untuk dirinya sendiri. Malam kian larut, sang bocah masih terdiam. Entah apa yang ada dipikiran nya, sunyi semakin sunyi. Tak terasa berbatang-batang sudah bara racun yang kini menjadi jelaga tak berguna, pun asap yang disesap nya mengambang sebelum benar-benar pudar terkikis udara hampa. Sakit, kepedihan serta kepiluan dirasa nya tak berkesudahan. Tapi dia tetap menikmati semuanya, tak sedikit pun sang bocah beranjak dari tempat duduknya. Namun, sang pena tetap tak tersentuh, begitu pula sang kertas masih tak ternoda oleh tulisan tentang kelukaan nya.
" Apa ?." Tanya sang bocah pada dirinya.
Dia bingung, tak mengerti bahkan atas apa yang ia rasa sendiri. Sejenak dia diam menambah keheningan,
" Aku tau !!." Lalu kembali diam,
" Terlalu banyak." Ujarnya lagi.
Ya, terlalu banyak kegelisahan yang ingin ditulisnya, cinta, keluarga, hidup nya, tuntutan, tuntutan, dan tuntutan.
"Ah, persetan kau jalang. Hidup terlalu banyak menuntut. Aku muak !!!." Dia berusumpah serapah atas nasibnya.
" Aku lelah, biarlah semesta yang akan membantuku ke arah yang seharusnya." akhirnya dia menyerah atas hidupnya......
11-03-2018
01 : 49
// catatan sang bocah@_rmdhny
KAMU SEDANG MEMBACA
belum ada judul
PoetryHanya seonggok daging berjalan yang tercipta dari cipratan mani dua insan anak adam.