#3

140 18 107
                                    

Malam semakin selaras dengan gulitanya.
Lalu kau hadir dibenakku.
Atau sesekali disetiap hembusan tembakau yang kubakar.
Sampai akhirnya hujan datang, membasahi pipimu.
Menghasil genang atau bahkan kenang.
Hingga kau semakin dekat mendekati.
Membayang-bayang diatas awang.
Menuntunku pelan berjalan.
Kejalan yang tak mampu kuterawang.
Aku tersesat.
Aku buta sekarang, tak tau arah mengarah langkah.
Hujan kian lebat, membasahi seluruhnya.
Bukan hanya pipimu, tapi juga hatiku.
Apa inginmu?
Semudah itu datang.
Menanam harap memupuk rasa, tapi tak pernah kau sirami kepastian.

Pulau Sebuku,
November 2017

belum ada judulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang