36. Keberangkatan

6.5K 621 147
                                    

“Yosh, semua sudah siap, tinggal berangkatnya saja.”

Aku memanggul sebuah tas punggung yang terlihat sangat ringan, bahkan seperti tidak membawa apa-apa. Tentu saja, aku menggunakan sihir penyimpanan di tas ini, jadi tidak penuh akibat pakaian dan barang-barang yang akan kubawa ke Lifozo. Jika saja tidak kugunakan sihir penyimpanan, mungkin bawaanku akan bertambah menjadi 2 koper kulit besar dan 1 tas punggung yang penuh.

Karena persiapan sudah selesai, aku berjalan keluar dari kamar dan menuju lantai bawah, tapi sampai di pintu, aku berhenti untuk sesaat dan melihat isi kamarku ini. Kasur empuk yang besar, lemari pakaian dan meja belajar yang masih terlihat baik, lalu bagian terpentingnya adalah balkon kamar yang menjadi tempatku bernaung setiap malam untuk melihat langit.

Aku akan meninggalkan kamar ini untuk waktu yang lama, jadi aku ingin melihatnya untuk terakhir kalinya. Setelah puas memperhatikan dan mengenang kamar ini, aku melangkahkan kakiku turun ke lantai bawah ke pintu keluar, dimana semua orang telah menunggu.

Ketika sampai di lantai bawah, terdapat ayah, ibu, Ayumi, Amrark, Milie, Teya, Gard, Gald, dan semua orang yang kukenal dengan baik, bahkan Ikuna, sang pemimpin perusahaan Yogi cabang Flira ini ada di sini untuk mengantar keberangkatanku. Raut wajah mereka ada yang senang, lega, dan ada yang sedih juga, terutama Ayumi.

Perusahaan Yogi adalah perusahaan yang menjalin kerja sama denganku. Saat awal-awal kami pindah ke kota Frila ini, memang kami sedikit bermasalah dengan keuangan, tapi masalah itu berhasil kami atasi melalui perusahaan Yogi.

Aku menciptakan beberapa alat-alat yang berasal dari kehidupanku sebelumnya. Alat-alat itu kutawarkan pada perusahaan Yogi untuk di perjualbelikan. Produk yang kutawarkan di antaranya adalah kipas angin, oven, cetakan kue, dan beberapa benda lainnya yang dapat berguna bagi rumah tangga. Kebanyakan yang membelinya adalah wanita.

Karena semuanya diterima dan laku keras di pasaran, keuangan kami terselamatkan. Bahkan, kami hidup dengan uang yang melimpah, tapi kami tidak memboroskan uang tersebut untuk berfoya-foya. Kami menggunakannya seperlunya saja dan beberapa kali untuk membantu pembangunan Galdoa.

Ayumi berjalan mendekatiku dan membuka bibirnya mengeluarkan suara.

“Onii-sama, seringlah kembali ya.”

“Tenang saja, aku pasti akan sering ke sini. Aku kan mempunyai hoverboard. Ayumi juga sudah lancar menungganginya kan?”

“Hnn... tapi, rasanya aneh jika tidak ada onii-sama di sampingku.”

Sambil mengatakan itu, kepalanya tertunduk ke bawah dan memancarkan aura sedih. Aku yang melihat itu mengangkat tangan dan mengusap kepalanya pelan. Biasanya mood Ayumi akan langsung berubah ketika kuusap kepalanya, tapi sepertinya kali ini tidak lagi. Ia masih tertunduk sedih.

“Kalau begitu, jadilah lebih kuat dan ikutlah denganku ke akademi Lifozo tahun depan.”

“Eh?”

Mendengar ucapanku, wajahnya terangkat dengan ekspresi terkejut disertai kebingungan. Matanya sedikit terbelalak karena terkejut dengan apa yang kukatakan barusan.

“Apa maksudnya, onii-sama?”

“Begini, umur minimal untuk masuk ke akademi Lifozo adalah 16 tahun bukan? Jika kau bisa menjadi seorang penyihir sekuat Lestia dulu, kau bisa masuk ke dalam akademi Lifozo sebagai siswa rekomendasi tanpa mempedulikan umurmu.”

Ia terkejut mendengar apa yang kukatakan ini. Untuk memastikan, ia menoleh ke arah ayah dan ibu. Mereka berdua mengangguk dengan senyuman yang menghias wajah mereka untuk memberikan harapan pada Ayumi.

Restart For New Life In Another World : Vol 2 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang