9

34 10 1
                                    

Neysha pon

Sungguh, hari ini aku senang banget walaupun tadi ada kejadian yang sedikit menyeramkan. Aku jalan tepat di belakang arma, sekarang ini kami berjalan di bawah derasnya hujan ke arah mobil. Aku melihat Arma sedikit bingung, kenapa dia memijit kepalanya? Apa dia pusing? Aku mendekatkan diri ku padanya dan aku lihat di tangan arma terdapat darah, tak lama kemudian arma terjatuh tepat di hadapanku.

Buk!

"Arma!" Aku mengangkat kepala arma dan meletakkan nya di atas pahaku. "Hei! Arma, sadarlah" aku memukul pelan wajah arma. Tanpa berfikir panjang aku langsung memopong Arma ke dalam mobil, bohong jika aku berkata bahwa Arma tidak berat. Aku meletakkan Arma di belakang dan aku segera menjalankan mobil nya. Awalnya aku bingung, karna mobil nya sangat berbeda dengan mobil ku.

Sesampainya di rumah Arma aku langsung memopong nya kembali kedalam rumahnya, meletakkannya di atas sofa, dan memanggil salah satu pamannya. Bagaimana aku bisa masuk? Karna pintu rumah Arma tidak terkunci.

"Permisi, om? Om?" Om rokki turun dari tangga dan menghampiriku.

"Ada apa Neysha?" Aku menarik om rokki ke arah Arma.

"Arma kenapa?" Aku menjelaskan kejadian nya dari awal sampai akhir.

"Pantas saja" Om rokki mengambil sebutir obat dari dalam laci meja.

"Obat apa itu om?"

"Ini hanya vitamin" aku hanya ber O ria. Om rokki meninggal kan ku bersama Arma, katanya dia mau membeli makanan sekaligus izin di kantor nya. Aku duduk di sofa satu lagi dan hanya terdiam, yang ku dengar hanya lah jarum jam yang selalu bergerak setiap detik nya.

"Kapan Arma sadar?" Aku menatap malas wajah Arma yang pucat, berharap dia cepat bangun agar aku dapat pulang.

"Ngghh" Aku membulatkan mata ku karna melihat pergerakan Arma. Dia sudah bangun! Aku berdiri dan mendekatinya.

"Apa ada yang kamu mau?"

"Minum" dia bergumam, samar tapi masih dapat ku dengar. Aku melihat sekeliling dimana dapur nya? Aku bergumam dalam hati. Tiba tiba tangan Arma terangkat dan menunjuk ke arah belakang tangga. Aku berjalan ke arah yang di tunjuk arma disini? Aku mengambil gelas dan menuangkan air ke dalamnya.

"Nih" Arma mencoba bangkit perlahan lahan dan mengambil gelas yang berada di tanganku.

"Kenapa?" Arma menatap wajah ku datar.

"Apanya?" Aku memerengkan kepala ku sedikit.

"Kenapa lo masih disini?" Ingin rasanya aku menyuruhnya menarik kembali perkataan nya.

"Menurut kamu?" Aku berusaha untuk tetap sabar.

"Lo mau nyuri ya? Oh... Gua tau, lo pasti mau kegatelan sama paman gua kan? Cih! Murahan" Rasanya sakit, sakit sekali. Wanita mana yang tidak akan sakit hatinya jika di tuduh yang nggak nggak dan di katain murahan? Sepertinya aku sudah tidak tahan lagi berlama lama disini, lebih baik aku pulang sebelum amarah ku memuncak dan membuat kekacauan.

"Maaf, aku bukan orang yang seperti kamu katakan. Permisi" Dengan cepat aku berlari keluar dan meninggal kan rumah Arma.

"Hah!" Aku menghela nafas ku kasar dan duduk di halte. "Seberapa jauh lagi sih?" Aku kembali berjalan dan setiap ada halte aku akan beristirahat. "Akhirnya sampai!" Aku mengatur nafas ku sejenak dan memasuki rumah ku.

"Assalamualaikum" Aku membuka sepatuku dan merasakan jari kaki berserta telapak kaki ku pedih. Tapi, aku tidak memperdulikannnya. Aku berjalan ke arah kamar ku dan saat aku ingin masuk mama bertanya padaku.

Fall In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang