Hay semuaa... ini part 2nya, semoga tetap dapat feelnya. Oh ya aku ada work baru judulnya CHANCE duet sama Kak itaulya24. Cerita dengan setting anak SMA yang membuat aku baru sadar sudah lama gak bikin cerita dengan masa putih abu-abu itu wkwkwk. Jadi, buat kalian yang mungkin butuh bacaan baru dan berminat, silakan buka lapak CHANCE diakunku untuk part-part ganjil nanti dan akun itaulya24 untuk part part genap. Terima kasih dan ditunggu apresiasi kalian:*
Rio beranjak dari sofa ruangan Arzka saat pintu terbuka memunculkan kakak iparnya yang bercengkrama dengan Wina –sekretaris kantor yang sempat dicemburui Irva. Laki-laki itu langsung menutup obrolan ketika melihat keberadaannya. Menutup pintu dan menyusul duduk di sofa. Langsung merangkul hangat seakan paham kemelut yang menderanya semenjak keputusan 'minggat' yang ia sadari salah langkah.
"Butuh suntikan dana?" tanya Arzka sembari melepas rangkulannya.
Rio menghela napas, "Mas tahu bukan itu yang buat aku ke sini."
Suami kakaknya itu tertawa pelan. Beranjak menuju meja kerja yang berseberangan langsung dengan posisinya. Dengan kedua lengan terlipat di atas meja, Rio melihat tanda bahwa Arzka mulai serius merespon kehadirannya semenjak aksi kaburnya itu.
"Mas pikir, kalimat-kalimat preventif yang disampaikan istri Mas sudah cukup buat kamu melangkah dengan tepat tanpa terburu-buru." kalimat panjang sebagai pembuka dengan tatapan serius dan tegas menancap pada pandangannya.
Ia menelan ludah. Dia lebih baik bersitegang dengan Arzka perihal laporan perusahaan dibandingkan urusan hati dan wanita, walaupun ia tahu akhir dari percakapan ini Arzka tetap dalam kubunya.
"Aku salah Mas. Aku paham itu. Tapi separuh pikiranku, aku gak menyesal." ujarnya dengan tatapan yang sama diberikan oleh Arzka.
Pemuda yang berkeinginan menjadi papa muda di hadapannya kini mengangguk singkat sebelum bergerak merogoh laci meja. Entah mengeluarkan apa yang jelas Arzka menjadi sponsor utama dalam aksi yang dilakukannya walaupun Arzka tak menduga dan menyayangkan perbuatannya.
"Mas gak mau buat istri Mas khawatir." ucap Arzka melempar kunci mobil yang masih gres.
"Makasih Mas." serunya menerima wujud dukungan sang kakak ipar.
Masih duduk tenang di kursi kejayaannya, Arzka mengangguk singkat sebelum membuka laptop kembali menggeluti beberapa berkas yang dikirim Wina.
"Jangan banyak tingkah lagi. Manfaatkan fasilitas anti lacak yang Mas kasih selama kamu mendamaikan keadaan. Cukup sekali Mas pancing kamu dan mendapati kamu ragu sama keputusanmu. Kita sama-sama tahu perusahaan butuh pemimpin bukan dari golongan kaum labil."
Sepertinya Irva memasak makanan pedas pagi tadi, makanya omongan suaminya pedas banget. Kalau saja bukan Arzka yang notabene selain menjadi kakak ipar idaman semua adik, wakil direktur WRTM Corp, dan supporter utama dalam perjalanan lika-liku kehidupan cintanya, bogeman mentah sudah mendarat di wajah tampan pria itu.
"Pastikan Ify baik-baik saja, Yo." pesan lanjutan yang disuarakan Arzka sebelum ia benar-benar bangkit dari sofa.
Rio menoleh. Memandang Arzka yang masih fokus menatap layar laptop dengan gerakan jari menari cepat di atas keyboard. Ia tersenyum tipis.
"Aku lebih tahu pasti konsekuensi atas keputusanku, Mas. Makasih atas kepedulian, Mas." balasnya lalu setengah membungkuk untuk pamit meninggalkan ruangan kakak iparnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Triangulasi Cinta (Passion, Intimacy, Commitment)
General FictionSequel of Long Distance Love? Why not?