I (UNTUK APA)

1.8K 204 68
                                    

Assalamualaikum Wr. Wb...

Selamat siang...

Finally, aku bisa nyelesein bab ini...

Terima kasih buat yang sudah mau nunggu dan ngingetin, buat yang vomen, dan buat apresiasi yang lain...

Happy reading and hope you like this part....

-

-

-

Atensi Ify masih terkumpul penuh pada layar televisi datar di ruang tengah. Mengabaikan pemuda yang sedari tadi memandangnya ingin bicara, namun ragu. Tanpa menoleh pun dia tahu. Lika-liku hidup yang menempanya begitu apik, meningkatkan level kepekaan Ify. Ya semacam anak didik Roy Kiyosi. Menghidu bau saja sudah paham situasi. Gak ilmiah tapi dirasa valid.

Gerakan tangan Ify mengganti tombol channel terhenti. Dia menghela napas. Lalu menekan tombol power sebelum memutar badan menghadap Rio yang mengulum senyum lega. Cukup lama mereka membiarkan waktu terus bergulir tanpa kata menguap ke udara di antara mereka. Saling memandang satu sama lain dan mencoba menyelami seluruh kejadian-kejadian yang membentuk status mereka menjadi mantan.

"Maaf..." Rio pertama kali memecah suara.

Ify menarik kedua tangannya saat melihat gelagat suami orang di depannya ini mencoba untuk menyalurkan kehangatan melalui genggamannya. Sorry, dia bukan penikmat selimut tetangga.

"Maafin aku, Fy. Maafin aku yang gak bisa mempertahankan kamu sampai aku harus menikahi Shilla." tutur Rio menyimpan kedua tangannya untuk tidak menyentuh Ify terlebih mendapati kepalan tangan gadis itu diakhir kalimatnya.

"Fy?" panggilnya melihat Ify diam dengan pandangan penuh kesakitan yang berusaha disembunyikan rapat-rapat, dan itu sukses membuat Rio ingin mengembalikan situasi seperti sebelum dia memutuskan untuk berhenti karena egonya terluka.

Sementara Ify merasa takut hanya untuk melepas udara yang dihirupnya. Khawatir helaan napasnya beriringan dengan isakan yang mencoba dia tahan. Dia selemah ini jika berhadapan dengan Rio. Seakan semesta menakdirkannya untuk tetap menopang hidup pada laki-laki itu. Dan perasaan yang Ify kira sudah lenyap seiring waktu berjalan, ternyata masih menyerukan namanya.

"Fy?" Rio mengangkat tangannya mencoba meraih Ify ke dalam pelukannya melihat keadaan gadis itu sebentar lagi akan tumbang, "Oke aku gak pegang kamu." sergahnya cepat melihat Ify berjengit mundur.

"Aku minta maaf. Aku minta maaf sebesar-besarnya sama kamu. Aku minta maaf setahun lalu meninggalkan kamu. Aku minta maaf, Fy." pinta Rio menahan dirinya untuk mencengkeram bahu gadisnya.

Gadisnya?

Gadisnya?

"Bersuara, Fy... please..." mohon Rio mendapati Ify tak bereaksi apapun selain mengerjap menatapnya pedih, "Aku minta maaf. Aku... minta... maaf..."

Ify yang sempat menunduk, menegakkan muka kembali. Menajamkan tatapannya sebelum berlalu tanpa kata. Meninggalkan Rio yang tercengang di tempatnya. Secepat kilat, laki-laki itu menyamai langkahnya menuju kamar di lantai dasar.

"Fy" Rio menahan emosinya, "Aku janji akan perbaiki semua. Akan perbaiki hubungan kita. Aku janji!" serunya di hadapan Ify.

Sedangkan Ify merasa hasrat untuk menangis semakin menggilai. Ia mencengkeram ujung bajunya erat-erat untuk bertahan dari perang batin kali ini. Ify sudah akan beringsut mundur ketika Rio lebih dulu mencengkeram lengan atasnya. Menggoyang tubuhnya untuk memberikan reaksi atas semua kalimat Rio yang terlontar meminta tanggapan.

Triangulasi Cinta (Passion, Intimacy, Commitment)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang