N (Eternally)

1.6K 162 48
                                    

Assalamualaikum Wr. Wb. Teman-teman...

Yukk... yang masih berminat dengan cerita rumit ini merapat:)

Terima kasih atas apresiasinya di cerita-ceritaku...

Happy reading and hope you like...

-

-

-

"Cari Ify, Yan?"

Suara baritone menyambut kedatangannya ke rumah yang belum sebulan ia tinggalkan. Septian nyaris melengos melihat personil lengkap memenuhi ruang tamu. Membenarkan dugaannya bahwa Ify tak kunjung pulang, karena diseret dulu ke sini. Septian menyalami satu persatu tetua di sana, seperti baru pulang kampung dari perantauan. Lantas mengambil duduk di satu-satunya sofa kosong samping ayahnya. Memasang muka setembok mungkin menghadapi wajah tak bersahabat di hadapannya sebelum menjawab pertanyaan itu dengan 'ramah'.

"Adik saya seharusnya balik sejak 4 jam yang lalu. Berhubung dengan kehadiran kalian pada acara pelepasan tadi, sepertinya adik saya di tahan di sini."

"Apa loe ngelihat Ify depan mata loe sekarang?"

Pertanyaan super ngegas dari adik perempuan yang tak pernah sudi memanggilnya 'abang' itu memancing senyum miring Septian, "Sekarang memang tidak ada." mempertahankan bahasa formalnya yang menunjukkan bahwa ia memutuskan sebagai orang asing depan para penindas di hadapannya, ia melanjutkan dengan dugaan, "Mungkin Ify lebih dulu terusir sebelum saya datang."

Pandangannya menatap Shilla yang sepasang tangannya mengepal di sisi tubuh. Namun bukan itu yang dia pedulikan, karena selanjutnya ia mendengar jawaban tenang dari mertua Shilla.

"Kami memang membawa Ify ke sini, dengan tujuan untuk mengingatkan Ify tempat dia seharusnya pulang, dan merubah keyakinannya yang selama ini menentang fakta bahwa ia mendapat penerimaan di sini."

Septian menahan napas beberapa detik mendengar Tama memberi jawaban yang tak ingin dia dengar. Namun tak lama ia nyaris mendengus menyadari dirinya akan diseret menjadi tokoh drama baru yang sedang mereka mainkan. Penerimaan? Berani sekali mereka berbicara tentang penerimaan setelah membiarkan anggota keluarga yang seharusnya dilindungi itu selama hampir 1,5 tahun luntang-lantung di jalanan? Pola keluarga apa yang selama ini ia nomor satukan di atas penderitaan adik kandungnya?

"Maaf Pak Tama. Tanpa mengurangi rasa hormat saya pada Bapak, saya meminta Bapak untuk to the point saja. Otak saya terlalu penuh dengan pertanyaan mengenai keadaan adik saya, untuk ditambah dengan ucapan Bapak yang terkesan mengulur waktu." pintanya dengan kalimat yang ia rasa cukup dipahami oleh wajah-wajah mengeras di hadapannya, terkecuali Tama yang berusaha kuat menetralkan ekspresinya.

"Bawa Rio ke sini, saya akan beritahu keberadaan Ify."

Tak bisa menahan diri, Septian melepas dengusannya sebelum berkata dengan kalimat yang menciptakan kekesalan yang sama, "Seharusnya saya tahu, lebih berguna mencari adik saya di tempat mana pun selain di sini, meskipun informan terdekat dengan suka cita menyumbang informasi bahwa kalian membawa Ify ke sini. Urusan Rio, itu urusan anda. Sementara Ify yang seharusnya berada di sini adalah urusan saya. Terlihat sangat jelas untuk tidak mengaitkan antara Rio dan Ify dengan kedatangan saya."

Ardiansyah yang berada tepat di samping dengan gerakan cepat menarik dan menyeretnya menuju pintu utama yang terbuka lebar sejak kedatangannya, "Aku gak akan balik sebelum memastikan Ify baik-baik saja, Yah!" lawannya menepis rangkulan ayah di lengannya.

"Ify tidak ada sini!"

"Gak mungkin!" sanggahnya berbalik arah melewati ruang tamu sembari meneriakkan nama adiknya, "ABANG DI SINI, FY. ABANG JEMPUT IFY." teriaknya berulang mengitari lantai dasar diikuti oleh ayah yang berusaha menariknya keluar.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 29, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Triangulasi Cinta (Passion, Intimacy, Commitment)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang