Keterangan Gambar: kelakuan Rio yang begini nih yang bikin Ify ngeri.
Terima kasih untuk vomennya di part-part sebelumnya dan di beberapa cerita.
Happy reading and hope u like this part😘
Awas ranjau yak
Seharusnya ini pos Minggu kemarin berhubung di sini ya gitulah, baru kelar ditulis sekarang.
-
-
-Bangsat!
Rio melaju dengan kecepatan nyaris penuh meninggalkan perumahan mewah tempat ia tinggal. Arzka berhasil membantunya keluar melalui pintu penghubung dapur dengan selokan yang mengalir di samping rumah. Berdekatan dengan rumah tetangga. Bertepatan dengan itu, ponsel di dalam saku celana berdering. Ia menurunkan kecepatan lalu menggapai earphone dan menyambungkannya ke smartphonenya. Lantas dengan gerakan cepat menerima panggilan tanpa membawa id caller terpampang di layar ponsel."Heh? Apa Yan? Gue gak denger." ucap Rio mendengar suara seberang begitu lirih.
"Innalilah... Kenapa di saat begini, gue sama Ify jadi sehati. Gue ke sana. Suruh Ify turun."
Rio melepas headset dan meletakkan begitu saja bersamaan dengan ponselnya. Kembali meningkatkan kecepatan menuju apartemen Septian. Laki-laki itu memintanya menjemput Ify yang sekarang berada di balkon belakang apartemen. Tetangga apartemen yang dihubungi Septian sedang tidak di tempat sementara tuan besar Ardiansyah duduk dengan tenang di sofa ruang santai apartemen yang tidak pernah diberitahu oleh Septian, tanpa ada niatan menyudahi kunjungannya. Sedangkan dua bodyguard berpakaian putih kesukaan Ardiansyah, berkeliling ke setiap penjuru ruang.
Rio memarkirkan mobil di basement apatemen, tepat di sisi berlawanan dengan mobil yang tampak familiar di ingatannya, milik Ardiansyah. Ia menanti Ify turun di dekat lift lantai dasar. Mencari tempat tersembunyi takut-takut Ardiansyah yang lebih dulu keluar meskipun Septian bilang masih anteng duduk di sofa. Laki-laki itu menghubunginya di kamar mandi dalam kamar pria itu.
Ting...
Rio menoleh. Sesuai harapan, Ify keluar dari lift sendiri. Ia langsung mendekat dan menarik gadis itu meninggalkan tempat. Segera ia mengendarai mobilnya keluar dari area apartmen dan membawa Ify ke tempat yang tak terjemah oleh dua keluarga sumber kepeningan sejak ia memutuskan keluar.
Selama perjalan, baik Rio maupun Ify tak ada yang bersuara. Ify terlanjur stres hanya untuk menyapa Rio. Dia merasa hampir mati saat harus melompati beberapa apartemen yang kata Septian lompatannya pendek. Benar pendek untuk kaki panjang macam punya Septian maupun Rio. Lah Ify? Dengan tinggi badan yang cuma 155 cm, mau minta gimana? Yang nangis dulu baru bisa lompat. Belum lagi waktu yang tak banyak saat ia mendengar suara laki-laki mendekati posisinya. Untung kok ya per balkon apartemen tersedia bunga gelombang cinta ukuran bersama dengan daun yang lebat yang ditampung pot besar yang cukup buat Ify main petak umpet sama bodyguardnya ayah.
"Di mana ini, Kak?" tanya Ify pertama kali membuka suara sesampainya mereka di depan sebuah rumah tingkat satu minimalis. Tak ada halaman yang lebar. Hanya cukup untuk parkir mobil seukuran mobil jazz kayak yang Rio kendarai ini.
"Rumah Mas Arzka." jawab Rio singkat.
Lantas menginjak gas seusai pagar dibuka oleh penjaga rumah, dan memarkirkannya langsung di garasi yang hanya muat 1 kendaraan roda empat. Rio lebih dulu keluar. Memutari depan mobil untuk membukakan pintu Ify yang masih memandang bingung rumah ini.
"Ini rumahnya Mas Arzka. Niatnya buat dia sama Kak Ir tinggal setelah nikah. Berhubung izinnya alot, akhirnya mereka tinggal di rumah sampai aku nikah dan mempermudah mereka pindah ke sini." jelas Rio sambil merangkul Ify dan membawanya ke dalam rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Triangulasi Cinta (Passion, Intimacy, Commitment)
Ficción GeneralSequel of Long Distance Love? Why not?