Terima kasih atas apresiasinya di part sebelumnya guyss....
Terima kasih juga atas vomennya di cerita-cerita yang lain...
Semoga di part ini aku bisa menerangkan gimana keadaan Ify nanti ke depannya ya...
Maaf untuk dua cerita yang lain belum bisa upload. Kemarin drop sedikit. Duduk lama gak bisa, lihat layar hp atau laptop lama mata nyut-nyutan. Ini kemarin baru sembuh.
Happy reading and hope u like!!:*
-
-
-
Cakka masih bingung dengan keadaan Ify sekarang yang masih bergerak aktif melayani pelanggan lengkap dengan senyuman paten yang seakan telah diprogram hingga jam kerja usai. Selepas ia menghampiri Ify yang menangis tersedu beberapa jam lalu dan hanya memperoleh gelengan kepala gadis itu, Cakka tak berbuat apapun lagi. Selain karena dia tak pernah punya pengalaman menenangkan kaum hawa manapun yang membuatnya bingung setengah mampus dihadapkan kondisi Ify yang 180 derajat dari biasanya, juga karena beberapa menit setelah terisak-isak hingga tersedak, Ify langsung menghapus air matanya dan pergi ke belakang. Muncul-muncul lagi sudah segar dengan senyuman menyambut pelanggan yang cukup ramai hari ini.
"Haahhh lelah sekali malam ini ya, Mas." ucap Ify merentangkan tangan usai membawa bekas piring ke belakang, "Kayaknya baru kali ini kita dapat pelanggan gak habis-habis." lanjutnya mengambil duduk di samping Cakka.
Tepat tengah malam, mereka menutup kedai. Stok hari ini habis dan akhirnya mengambil bahan esok hari yang artinya mereka bisa libur sehari karena sudah menghabiskan stok untuk dua hari sekaligus. Ramai pelanggan memang sangat melelahkan apalagi hanya dua orang yang bekerja dari mulai membuat pesanan hingga mencuci piring untuk sesi selanjutnya. Tak terhitung berapa kali Ify maupun Cakka tukar peran jadi tukang cuci. Lebih dari sekali, Ify harus pinjam piring ke kedai sebelah mengingat pelanggan yang datang tak memberikan jeda di malam hari. Beruntung mereka memiliki tetangga yang dijauhi rasa iri dengki.
Ify masih menstabilkan tarikan napasnya saat Cakka buka suara, "Mas tadi khawatir sama kamu."
Hembusan napas Ify terhenti seketika. Cengo. Helaan napasnya memberat demi mendengar kalimat Cakka yang bukan menimpali ucapannya sebelumnya. Dia tak langsung menjawab, mengira-ngira kalimat yang mampu ia ucapkan tanpa harus terlihat seperti orang yang tersenggol dikit langsung jatuh, walaupun nyatanya memang begitu.
"Iya, Mas." Alhasil Ify cuma jawab ala kadarnya.
Cakka menghela napas, "Hanya itu yang bisa kamu pertanggung jawabkan setelah membuat Mas hampir gila melihat kamu hampir mati karena tersedak isakanmu sendiri?"
"Ma—maaf, Mas."
Ify menunduk memainkan kesepuluh jarinya. Dia tak pernah mengira Cakka akan membicarakan masalah sore tadi, karena yang Ify tahu soal pemuda usia 25 tahun di sampingnya ini adalah Cakka bukanlah pria yang luwes berkomunikasi dengan lawan jenis termasuk pelanggan yang kadang modus beli cuma untuk menikmati wajah gantengnya. Juga pada Ify yang bisa dibilang menghabiskan waktu cukup banyak dengan Cakka di tempat kerja. Pria itu hanya merespon seperlunya walaupun Ify banyak omong. Dan mendapati Cakka mengucapkan kalimat panjang tanpa jeda dengan nada emosional, membuat Ify bingung dan belum siap untuk mencurahkan hati.
"Kamu pernah ada masalah dengan mereka?"
Ify menggeleng, mendongak dengan wajah "Ayo kita pulang, Mas. Besok Ify ada piket pagi."
Ify menarik lengan Cakka untuk segera meninggalkan tempat. Beruntung Cakka tak menyaksikan kejadian sebelum ia menangis dan sekelompok anak orang kaya yang sudi mampir ke kedai sederhana itu keluar dan mengurungkan pesanan mereka. Setelah memastikan tidak ada yang tertinggal dan telah menyiapkan bahan untuk pekerja esok hari, keduanya berlalu meninggalkan tempat dengan motor matic lawas yang Cakka pernah bilang diturunkan dari kakak laki-lakinya. Berbicara lagi soal Cakka, Ify agak amaze dengan pribadi Cakka yang kaku, polos, dan terpenting yaitu tak sadar kalau ganteng dan mempesona, bisa mengeluarkan kalimat yang bisa dibilang sebagai bentuk kepedulianya. Cakka ini tipe cowok dominan yang seharusnya wajar untuk Ify mendapat kalimat penuh emosional tadi, karena pada dasarnya orang-orang dominan biasanya selalu merasa bertanggung jawab atas siapapun yang bekerja sama dengan mereka. Tapi Ify menolak untuk paham walaupun seringkali Ify diharuskan memahami tingkah berkuasa Cakka tiap harinya mereka kerja bareng. Semua diatur oleh Cakka. Laki-laki itu tidak menutup telinga pada pendapat orang lain, tapi tetap sering memutuskannya sepihak, kecuali jika berurusan dengan pemilik usaha. Menjelaskan kenapa tidak ada pergantian partner selama Ify bekerja. Menurut mereka, Ify yang sering pasrah dan ngangguk-ngangguk aja diomong ini itu, merupakan partner yang sangat cocok untuk Cakka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Triangulasi Cinta (Passion, Intimacy, Commitment)
Narrativa generaleSequel of Long Distance Love? Why not?