PROLOG

3.6K 255 88
                                    

Rahang Rio beradu ketika keputusan sepihak itu terucap dari mulut kepala keluarga Wiratama sore menjelang petang ini. Setibanya ia menginjakkan kaki di kediaman Wirataman setelah setengah semester absen, perintah yang tak terbantah menyambut kedatangannya.

"Bisa Rio dengar ulang apa yang Papa katakan barusan?"

Pertanyaan sebagai pengulur waktu hingga seluruh puing-puing keberanian merangkak dengan pasti membulatkan tekad untuk melakukan penentangan.

Wajah nyaris serupa dengannya, mengeras seiring tarikan napas yang siap menggempur keyakinan untuk tetap bertahan.

"Pernikahan kamu dan Shilla dipercepat minggu depan." tandas pria paruh baya yang berdiri menjulang beberapa meter darinya.

Senyum miring Rio terbit dengan gelengan kepala prihatin pada hidupnya yang untuk kesekian kali menjadi objek dari keotoriteran Tuan Besar Wiratama.

"Gak ada pernikahan." balasnya dengan wajah tenang, "Gak akan pernah ada pernikahan antara Rio dan Shilla." lanjutnya.

Keterdiaman yang berlangsung beberapa detik seusai ia melepas kalimatnya, Rio manfaatkan untuk membalik tubuh meninggalkan tempat.

"BERHENTI DI SANA GERIO TARREN WIRATAMA!"

Suara menggelegar meneriakkan nama besarnya itu hanya berhasil menghentikan langkah. Dia tidak akan menoleh, hanya untuk menerima wajah marah sang papa yang selama ini tak pernah gagal melemahkan keberaniaannya.

"MASUK KAMAR!"

Kedua tangan Rio yang berada di dalam saku celana mengepal kuat, mencegah keraguan untuk terus bertahan dalam situasi sekarang. Napasnya memburu merasakan ketakutan mengingat pertama kalinya dia benar-benar keluar koridor Wiratama. Sepasang matanya terpejam kuat berpikir keras untuk segera bertindak. Dia sudah yakin dengan keputusannya semalam. Keputusan yang telah melalui banyak pertimbangan dengan beberapa pihak. Perlahan, dengan pasti ia keluarkan cincin pertunangannya dengan Shilla dari balik saku celana dan menggulirkannya ke lantai dingin ruang keluarga Wiratama. Di susul dengan ponsel, kunci mobil, dan beberapa debit card yang sudah ia pisahkan dari dompet, serta benda-benda berharga lain yang ia terima dari tangan dingin papa. Menyisakan pakaian yang sekarang melekat di tubuh atletisnya.

"Rio pamit."

***

Triangulasi Cinta (Passion, Intimacy, Commitment)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang