007

3.3K 416 57
                                    

Arranged

By

Fallforhoon

Disclaimer :

Semua karakter tokoh, kata-kata, dan perilaku tokoh di dalam FF tidak bermaksud menjelek-jelekkan tokoh dari segi manapun. FF ini murni dari pemikiran otak saya. Jadi, jika ada kesamaan mungkin hanya sebuah kebetulan^^

Warning:

Kind of weird , Typo(s), BoyxBoy.

It's Jicheol!

Don't Like! Don't Read!

Don't be a Basher!

HAPPY READING!^^












Saat jam shift nya selesai, jihoon tidak tahu kenapa jantungnya berdetak lebih cepat. Ini pukul 8 malam, rumah sakit semakin sepi. Beberapa rekannya juga sudah bersiap pulang.

Jihoon keluar dari ruangannya setelah ia berganti pakaian. Ia menyadari langkahnya semakin cepat begitu ia sampai di koridor rumah sakit. Melihat ke arah luar, matanya menyipit saat ia melihat tetes tetes air pada jendela.

"Hujan?"

Dinding rumah sakit yang tebal mungkin meredam suara hujan yang deras. Jihoon bahkan tidak tahu sudah berapa lama hujan turun saat ia melihat jalanan yang banjir dan saluran air yang meluap.

Jihoon mengecek jam di pergelangan tangannya. Masih pukul 8 lewat beberapa menit. Jihoon menggerakkan kakinya gelisah. Ia menjadi tidak sabaran saat menunggu seseorang.

Jihoon merapatkan mantel cokelatnya. Yang ia tahu, seungcheol juga pulang di jam 8. Yang artinya ia mungkin sedang dalam perjalanan saat ini. Dan mengingat perusahaan ayahnya terletak cukup jauh, jihoon harus bersabar jika ia perlu menunggunya lebih lama lagi.

Setelah 15 menit menunggu, jihoon menjadi tidak sabaran. Ia meraba saku celananya untuk mencari ponsel.

"Tidak ada?" Jihoon mengernyit. Namun sedetik kemudian, ia menyadari ia sendirilah yang 'membuang' ponselnya beberapa waktu ini. Berlebihan, memang. Namun ia tidak ingin nomor itu menelfonnya lagi untuk sementara ini.

Jihoon menghela nafas lelah. Ia hendak kembali masuk ke rumah sakit dan mencari tempat duduk saat sebuah sedan hitam mendekat ke arahnya.

"Ck," Melihat wajah seungcheol yang duduk di kursi kemudi, jihoon tidak tahu kenapa ia mempoutkan bibirnya.

Seungcheol menurunkan kaca, dan membuka pintu depan untuk jihoon dari dalam. Jihoon hanya masuk dan duduk diam. Ia tidak mengucapkan apapun. Dan melihat raut bertanya pada wajah seungcheol, jihoon malah semakin mempoutkan bibirnya.

"Ada apa?" Seungcheol menatapnya lembut. Mesin mobil masih menyala, namun seungcheol sepertinya masih ingin berada disini lebih lama.

"Aniya,"

"Apa aku terlalu lama? Aku membuatmu menunggu?"

Jihoon menggelengkan kepalanya. Meskipun ia sadar raut wajahnya mudah terbaca saat ia berbohong. "Aniya,"

Seungcheol tertawa kecil, yang membuat jihoon menatapnya dengan alis terpaut. "Kau menggemaskan," ia mengacak rambut jihoon.

Jihoon berusaha tetap mempertahankan raut wajahnya yang datar dan merajuk saat pipinya jelas jelas memanas. "Mwoya,"

[✔️] Arranged ; JicheolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang