034 [END]

5.9K 418 163
                                    

Arranged

By

Fallforhoon

Disclaimer :

Semua karakter tokoh, kata-kata, dan perilaku tokoh di dalam FF tidak bermaksud menjelek-jelekkan tokoh dari segi manapun. FF ini murni dari pemikiran otak saya. Jadi, jika ada kesamaan mungkin hanya sebuah kebetulan^^

Warning:

Kind of weird , Typo(s), BoyxBoy.

It's Jicheol!

Don't Like! Don't Read!

Don't be a Basher!

HAPPY READING!^^

















Jihoon sebenarnya ada keperluan di busan. Hanya seminar, dan acara tahunan rumah sakit. Donor darah sukarela, periksa gratis, dan semacamnya. Tapi ia tahu rasanya tidak lengkap jika ia tidak menemui ayahnya.

Ini— yah, baru sebulan setelah ayahnya pergi. Rasa sesak itu belum sepenuhnya hilang. Mungkin ia masih menangis jika mendatangi tempat abunya atau makamnya. Tapi tetap saja, ia juga merindukan ayahnya itu.

Jihoon membeli bunga di kios dekat pemakaman. Ayahnya tidak begitu menyukai bunga. Dalam buket, vas, pajangan, atau apapun itu. Ayahnya hanya menyukai bunga segar yang ditanam di tanah.

Untuk apa memetik untuk dijadikan hiasan, jika kemudian akan layu, kering, dan dibuang? Katanya sewaktu itu. Bunga yang hidup tidak akan layu dan kering. Bahkan saat ia gugur, itu karena sudah saatnya ia gugur. Bukan karena diambil secara paksa dari tanah.

"Appa mungkin tidak menyukainya, tapi— appa tahu makam akan terlihat cantik dengan bunga bunga seperti ini."

Jihoon menaburkan lagi bunga bunga dalam keranjang di pangkuannya. Membuat makam itu cerah karena warna warni bunga. Jihoon membersihkan beberapa daun kering disana. Kelopak bunga yang sudah layu— yang mungkin ditaburkan pengunjung ayah nya yang lain.

"Appa ingin aku menanam bunga disini? Bunga hidup?" Jihoon duduk di rerumputan. Kakinya pegal berjongkok. "Supaya tidak layu. Supaya aku tidak perlu membeli bunga kering setiap saat."

Ia menghela nafas pelan. Jika ayahnya masih hidup, ia pasti akan menjawab iya, barangkali.

"Tapi akarnya akan mengganggu, tentu saja. Dan petugas menyalahkan aku karena itu." Jihoon tertawa pelan. Ia mengelus nisannya, sudah terbiasa dengan nama ayahnya yang tertulis disana.

Matanya awalnya hanya tergelincir disekitar sana. Sampai tangannya kemudian menyentuh sesuatu yang dingin.

"Ah!"

Jihoon kaget, menjatuh kan apapun yang ia sentug tadi. Tangannya mencari di rerumputan yang sudah mulai panjang— dan menemukan sebuah cincin disana.

Jihoon memikirkan siapa orang bodoh yang membuang cincin di area pemakaman? Ini terlalu bagus, terlalu mahal, mungkin.

Ini tidak seperti milik ibunya, kan? Eommnya jelas masih mengenakan cicin pernikahannya. Lalu siapa—

Jihoon terdiam. Cuacanya sejenak terasa lebih dingin dari sebelumnya. "K-Kenapa ada disini...."






-








[✔️] Arranged ; JicheolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang