Arranged
By
Fallforhoon
Disclaimer :
Semua karakter tokoh, kata-kata, dan perilaku tokoh di dalam FF tidak bermaksud menjelek-jelekkan tokoh dari segi manapun. FF ini murni dari pemikiran otak saya. Jadi, jika ada kesamaan mungkin hanya sebuah kebetulan^^
Warning:
Kind of weird , Typo(s), BoyxBoy.
It's Jicheol!
Don't Like! Don't Read!
Don't be a Basher!
HAPPY READING!^^
Seungcheol sedikit tergesa saat ia turun dari sedan hitamnya. Tidak biasanya, Ia telat hari ini. Dan sebagai atasan yang baik, ia tidak ingin memberikan contoh buruk bagi pekerja lain. Terlebih, ia tidak ingin dicap pemalas oleh atasan.
"Ah, Seungcheol,"
Seungcheol membungkuk beberapa kali saat ia masuk kedalam ruang rapat. Disana ada beberapa kepala bidang lain, manager perusahaan, sekretaris, dan tentu saja ayah mertuanya itu.
"Aku minta maaf aku terlambat, Lee sajㅡ"
"Appa."
"A-Ah, ne..." Seungcheol tersenyum canggung. "Tapi sajㅡ appa, ini di kantor dan kita sedang rapat jadi... um,"
"Ah, aku lupa. Geurae, kau boleh memanggilku seperti biasanya." Tuan lee terkekeh. Ia menepuk kursi sebelahnya, meminta seungcheol untuk duduk disana.
Seungcheol duduk dan mereka memulai diskusinya. Mengenai pelaksanaan program yang tertunda, atau keuntungan, atau beberapa perusahaan yang mengajak untuk menjadi mitra. Jika sudah membahas seperti ini, kepribadian kedua seungcheol akan muncul. Serius, tegas, dan teliti. Ia tidak menjadi seungcheol biasanya yang hangat, ramah, dan pengertian. Berada dilapangan kerja sejak usianya belasan tahun membuat sikap profesionalnya tumbuh.
Mereka mendiskusikan itu sekitar satu jam sebelum rapat dibubarkan. Seungcheol baru saja akan keluar jika saja tuan lee tidak memanggil.
"Seungcheol-ah,"
Seungcheol berbalik dan menghampirinya. Melihat tuan lee yang melepas jas dan melonggarkan dasinya, seungcheol tahu ia tidak akan membahas urusan kantor.
"Ne?"
"Duduklah, jangan berdiri disitu. Ini sudah bukan diskusi lagi. Suatu saat ruangan ini juga akan jadi milikmu."
Seungcheol tersenyum canggung. Seberapa seringnya tuan lee membicarakan soal ia yang akan menjadi penerus perusahaan, seungcheol masih belum mempercayai itu. Maksudnya, ayahnya hanyalah seorang mitra yang sekaligus menjadi sahabat tuan lee. Dan perusahaan ini dua kali lebih besar dari milik ayahnya. Membayangkan ia yang akan memimpin nantinya, seungcheol tidak dapat menahan senyumannya.
"Jangan bicara seperti itu, abeoji. Semuanya masih ingin kau disini." Seungcheol tersenyum dan duduk dihadapannya. Memanggilnya 'abeoji' lebih baik daripada appa. Meskipun seungcheol masih kelu mengucapkannya.
"Tapi aku tidak?" Tuan lee tertawa kecil. "Aku butuh istirahat, cheol-ah. Mungkin menikmati masa tua ku dengan melihatmu dan jihoon. Juga chan. Ah, aku masih berhutang satu lagi anakku, chan. Aku lega jihoon sudah bersamamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔️] Arranged ; Jicheol
Fiksi Penggemar[COMPLETED] Awalnya, jihoon merasa keberatan. Begitu juga seungcheol. Pernikahan yang dirancang memang tidak enak.