032

2.5K 349 52
                                    

Arranged

By

Fallforhoon

Disclaimer :

Semua karakter tokoh, kata-kata, dan perilaku tokoh di dalam FF tidak bermaksud menjelek-jelekkan tokoh dari segi manapun. FF ini murni dari pemikiran otak saya. Jadi, jika ada kesamaan mungkin hanya sebuah kebetulan^^

Warning:

Kind of weird , Typo(s), BoyxBoy.

It's Jicheol!

Don't Like! Don't Read!

Don't be a Basher!

HAPPY READING!^^















Beberapa orang bilang, hitam adalah warna yang indah. Hitam melambangkan keanggunan, kemakmuran, percaya diri, misterius, dan lainnya. Hitam adalah warna netral, yang jika dipadukan akan membuat warna lainnya terlihat menyala.

Tapi lain dengan jihoon, ia membenci hitam. Baginya, hitam adalah warna yang suram. Warna yang melambangkan kenangan buruk, muram, gelap, menyedihkan. Ia membenci hitam, mulai pagi tadi, saat semuanya serba hitam. Pakaian eommanya, adiknya, dan orang orang yang datang. Kemejanya, jasnya, celananya, bahkan kantung mata yang menghiasi wajah jihoon.

Setelah wafat malam kemarin di jepang, jenazah ayahnya dibawa ke rumah duka di busan, tempat kelahirannya di korea itu. Bahkan sejak kemarin, jihoon belum pulang dari tempat itu. Belum sempat beristirahat, atau bahkan membersihkan diri. Ibunya yang pulang, dan membawakan pakaian hitam untuk pemakaman.

Seokmin datang dan menemaninya sepanjang malam. Begitu juga wonwoo, dan teman temannya di rumah sakit. Soonyoung datang pagi tadi dari jepang. Semuanya datang menemaninya untuk mengucapkan duka cita.

Jihoon tahu ia tidak boleh terlihat lemah. Ia tahu ia tidak boleh menangis dan bersedih terus menerus. Meskipun ini pertama kali ia merasa sangat kehilangan, tapi tetap saja. Ayahnya bilang begitu padanya disurat. Ayahnya tidak akan suka jika jihoon malah terpuruk karena kepergiannya.

Jihoon awalnya tidak menyadari itu. Banyak orang datang untuk memberinya semangat, sampai ia lupa terhadapnya. Ia baru ingat saat soonyoung datang dan berkata,

"Aku turut berduka, ji. Pasti berat untukmu dan seungcheol."

Benar, seungcheol.

Jihoon belum melihat namja itu sejak kemarin malam, saat ia marah padanya. Jihoon masih belum ingin menemuinya. Jika ia boleh jujur, ia masih sangat kesal padanya. Meskipun ia tahu, ini bukan sepenuhnya salah seungcheol. Tapi tetap saja, jihoon masih bernggapan seperti itu.

Dalam pikirannya, jika saja seungcheol tidak menyembunyikan semuanya dan jujur sejak awal, ayahnya mungkin saja bisa selamat. Meskipun ini permintaan ayahnya, atau apapun. Terserah. Jihoon tidak peduli. Dimatanya, seungcheol tetap salah dalam hal ini.

"Ia datang?" Seokmin bertanya dengan hati hati.

Jihoon tidak bisa menahan untuk tidak bisa bercerita dengan kedua sahabatnya itu. Dan saat keduanya melihat jihoon yang tidak lagi mengenakan cincin, mereka tahu ini lebih dari sekedar pertengkaran biasa.

"Kurasa tidak," Jihoon menggeleng pelan. Ia menghela nafas lelah. "Lihat, kan? Ia bahkan tidak peduli."

"Itu karena kau memintanya."

[✔️] Arranged ; JicheolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang