28

1.8K 168 15
                                    

Kinal Pov

Setelah aku kembali ke Korea, aku tidak pernah mendapatkan kabar dari Yoona. Cih, sombong sekali bocah itu, padahal aku sudah mengiriminya banyak pesan, tapi tidak ada satupun yang dibalas. Dibaca saja tidak.

"Nal, lo dah belajar buat UN?" tanya Naomi, dia sedang merapihkan meja belajarnya.

"Baru nyicil dikit. Emang kenapa?" jawabku.

"Gapapa sih. Soalnya tuh pak Bambang ngasih tugas akhir buat kita. Disuruh observasi pasar atau lapangan kerja. Setelah itu kita presentasi sekalian bikin Laporan Hasil Observasi."

"Tugas individu tuh? Males jir." jawabku.

"Kelompok. Kelompoknya ya kayak biasa." jawab Naomi.

Aku menghela nafas lega. Setidaknya kami berempat pintar dan cerdas, jadi tugasnya akan cepat selesai.

"Kapan kita mau cabut? Gue udah gabut di sekolah dah." ujarku.

"Kata Beby sama Shania sih, besok." jawab Naomi.

"YEAYY!" seruku senang.

Naomi tertawa kecut. Ah iya, ada yang aneh dengannya akhir-akhir ini.

"Lo kenapa Mi?"

"Gue gapapa."

"Hah? Boong ah lo. Gue tau lo dari raut wajah lo keliatan, tapi gue baru sadar sekarang."

"Gapapa elah." jawabnya masih menyangkal.

Shani kah?

"Soal Shani ya? Ayo lo ngaku gak sama gue!"

"Hmm... Gue bingung Nal. Shani itu gimana sama gue."

"Gimana? Bingung gimana, gimana maksudnya?"

"HAHAHAHA! Apaan sih lo, nanya yang bener ih. Jadi, Shani itu tiba-tiba ngejauhin gue. Terus jadi deket sama si cebol nyebelin satu itu. Anaknya pak Herman."

"Eh? Sumpah lo? Tadi gue liat si Gre jalan bareng Ve."

"Kan mereka emang sahabatan. Ve juga sahabatan sama Shani."

Aku menatap heran kearah Naomi, "Jadi gimana sih? Bukannya lo udah pacaran sama Shani?" tanyaku jengkel.

"Emang udah. Tapi gak tau juga. Abisnya, banyak gosip bilang dia pacaran sama Gre."

"Lah? Lo gak nanya sama Shani? Kejelasan hubungan kalian?"

"Kenapa harus gue yang nanya?"

"Hah? Terus? Lo mau begitu sama Shani sampe kapan?"

"Gue gak mau nanya sama dia intinya. Gue maunya dia duluan."

"Lo egois namanya. Lo sayang sama dia, tapi lo gak mau bertindak apa-apa? Jangan jadi pengecut kayak gue, Mi."

Naomi tampak sedang berfikir. Tak lama kemudian dia pergi meninggalkanku tanpa sepatah katapun. Mungkin dia sadar akan sesuatu.

Kalau dia menyayangi Shani, harusnya dia berjuang dan mengutarakan semua perasaannya pada Shani. Bukannya hanya menunggu dan menanti yang tidak pasti. Memang harusnya begitukan?

Setelah aku merapihkan seragamku, aku pergi ke kelasku. Tapi, seperti biasa, guru Ekonomi yang seharusnya mengajar tidak masuk ke dalam kelas, apalagi kalau bukan disuruh belajar mandiri. Kalau seperti itu terus, lebih baik tidak usah sekolah kan..

"Woi!" teriak Beby sambil menepuk pundakku.

"Anjay. Kaget gue. Kenapa?" seruku.

"Hmm.." dia mendumel, tampak bingung untuk mengucapkan sesuatu.

Chubby GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang