12

10.2K 2.2K 43
                                    

"Efek pelukan dari mantan ternyata bisa bikin senyum-senyum sendiri ya?"

Gue langsung noleh kesamping, natap Hyunjin yang juga lagi merhatiin gue sedari tadi.

Sudut bibir gue otomatis makin keangkat. Dengan tidak tahu malunya, gue malah meluk lengan Hyunjin yang bebas.

"Ngga juga. Gue lagi bahagia loh kak masa ga boleh senyum sih?"

"Hm, boleh-boleh aja sih. Asal jangan dibagi ke sembarang orang senyumnya."

Mata gue melirik Hyunjin yang jauh lebih tinggi dibanding gue.

"Emang kalau dibagi-bagi bisa bikin rugi? Ngga kan? Mendingan dishare ke orang lain aja. Nularin kebahagiaan itu menyenangkan."

Hyunjin ketawa kecil, tangannya yang bebas ngacak rambut gue pelan.

Kita lagi jalan di lorong sekolah. Tepatnya di lantai satu. Gue gak tau sejak kapan gue jadi sedeket ini sama Hyunjin. Yang jelas gue udah gak pernah lagi ngerasa risih atau was-was ketika berdekatan sama dia.

Semacam udah lebih terbiasa aja gitu.

Gak canggung kaya pertama kali ketemu.

"Gak mau bilang apa gitu ke gue?" kata Hyunjin, gue mikir sebentar.

"Bilang apa?"

Jawaban gue sontak membuat Hyunjin berdecak. Mukanya sedikit kesal.

"Gue tim sukses lo loh sampai bikin si cina itu mundur. Gak mau ngasih reward?" lalu gue ketawa dan mukul lengannya.

"Apaan sih... pamrih banget jadi manusia."

"Bukan pamrih tapi ngingetin."

"Sama aja."

Hening. Setelah itu gak ada yang ngomong apa-apa lagi.

Posisi kita sekarang lagi dibawah anak tangga. Gue udah mau naikin satu persatu anak tangga itu tapi Hyunjin nyegah gue. Otomatis gue berhenti dan berbalik natap dia.

"Gimana kalau sebagai rasa terima kasih, lo nurutin satu permintaan gue?"

Hyunjin melipat kedua tangannya didepan dada. Untuk sejenak gue berpikir. Akhirnya gue lebih memilih mengiyakan aja.

Lagipula Hyunjin emang punya andil besar dalam penyelesaian masalah gue dan Guanlin.

Jadi gak ada salahnya gue nurutin kemauan dia sekali-kali.

"Boleh-boleh. Asal bukan permintaan yang aneh-aneh aja." jawab gue santai.

Hyunjin senyum. Kakinya maju satu langkah lebih deket didepan gue.

"Ayo pergi kencan."

Gue mengernyitkan dahi.

"Kencan? Dating gitu maksudnya?"

"Ya iya lah bego, apaan lagi emang."

Telunjuk Hyunjin dorong dahi gue pelan. Gue mendengus dan mukul bahu Hyunjin. Cowok itu ngusap-ngusap bekas pukulan gue yang gak seberapa.

"Ngapain pake kencan segala sih? Ngga mau ah- takut baper."

Nada di akhir kalimat gue sengaja gue kecilin biar Hyunjin gak denger apa yang gue ucapkan. Malu.

"Ayolah... Masa pacaran gak pernah ngedate sih. Payah lo."

Mata gue menatap sengit Hyunjin.

"Pacaran kontrak." koreksi gue, membetulkan.

"Nah maka dari itu sebelum deadline seenggaknya kita pernah ngelakuin hal-hal yang seharusnya dilakuin orang pacaran."

Mungkin kalimat Hyunjin barusan terdengar sederhana. Namun ditelinga gue, semua itu terdengar seperti sebuah harapan.

AgreementTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang