Sepanjang jalan menuju kelas, gue cuma bisa nunduk nyembunyiin muka.
Sebenernya gue gak perlu ngelakuin ini tapi naluri gue bener-bener menyuruh agar gue ngelakuinnya.
Karena apa? Setiap langkah yang gue ambil, rasanya semua pasang mata menghakimi gue. Tatapan mereka bener-bener aneh, gue gak suka itu.
Dan satu-satunya alasan terbesar kenapa mereka semua jadi kaya gini adalah sebab postingan Hyunjin di instagram.
Sialan. Ternyata dia pinjem hp gue cuma karena pengen nyuri koleksi foto-foto gue dan ganti homescreen maupun lockscreen di hp gue jadi gambar muka dia. Ganteng sih tapi tetep aja gue sebel.
Like, gak seharusnya dia ngelakuin ini toh hubungan kita didasari oleh sebuah kesepakatan bukan perasaan.
Gue mempercepat langkah, baru aja masuk kedalam kelas, semua temen-temen sekelas langsung natap gue.
"APA?" teriak gue ke mereka semua yang langsung membuat mereka ngalihin pandangan dan pura-pura sibuk.
Gue ngebanting tas gue diatas meja dengan sedikit kasar. Ngebuat Liliana melototin gue duka kali lebih tajam dari sebelumnya.
"Jelasin ke gue sekarang juga, be!" kata Lili, tegas.
"Jelasin apa sih." jawab gue, setengah gugup setengah kesel.
"Ck, si cabe pura-pura gak ngerti apa gimana ya? Ofc, tentang postingan kak Hyunjin di instagram lah hellooooo?"
"Emang kenapa sama postingannya Hyunjin?"
"Pake 'kak' bego."
Lili noyor kepala gue gak kira-kira, pusing gue jadinya. Lagian apa bedanya sih mau pake kak kek mau gak kek, gak peduli gue.
Belum sempet gue protes akan tindakan Lili barusan, sebuah suara dari arah pintu kelas berhasil ngebuat gue maupun anak kelas pada kaget dan langsung nengok ke sumber suara.
"TATAAAAAAAA! APA YANG KAMU LAKUKAN KE AKU ITU... JAHAT! TEGA KAMU TA TEGAAAAA..."
Bener. Itu Guanlin.
Gak ngerti lagi gimana bisa anak ini jadi alay begini. Kebanyakan gaul sama Seonho si anak ayam jadi oleng otaknya.
Gue nyamperin Guanlin. Muka dia udah kusut, tapi tetep ganteng.
"Apa sih lo teriak-teriak. Ganggu ketertiban kelas gue aja. Balik kelas lo sono."
Guanlin gak nanggepin apa-apa, dia narik gue keluar kelas, sedikit menjauh karena saat ini temen-temen sekelas gue lagi pada ngintip.
"Gak usah narik-narik bisa ga sih?" ujar gue, nepis tangan Guanlin pas kita udah jauh dari keramaian.
"Jelasin ke aku tentang postingan yang mention kamu di instagram."
"Kayanya gue gak punya hak buat ngejelasin itu deh." kata gue santai sambil sedekap dada.
"Kamu wajib jelasin semuanya ke aku, Ta."
"Atas dasar apa gue harus ngejelasin semuanya ke lo? Lo siapanya gue?"
Skakmat. Guanlin tiba-tiba diem. Raut wajah yang tadinya memancarkan kemarahan, sekarang berubah jadi sendu.
"Gak bisa jawab kan?"
Gue narik nafas, "Lai Guanlin, berhenti bersikap kaya gini. Lo sama gue itu udah berakhir, Lin. Jangan bertingkah seolah gue masih menjadi milik lo seperti tiga bulan yang lalu. Sampai kapanpun semua sikap lo itu gak akan mengubah keputusan gue. Jadi gue mohon sama lo berhenti ikut campur segala urusan gue termasuk mama. Gue gak suka ya lo apa-apa ngadu ke nyokap gue."
Gue nepuk pundak Guanlin beberapa kali, setelah itu pergi ninggalin dia yang masih nunduk.
Jahat gak sih? Ah, tapi bodoamat. Perlakuan dia dulu jauh lebih keji ketimbang ucapan gue barusan.
"Oh jadi lo baru jadian sama kak Hyunjin kemarin."
"Hm."
"Tapi waktu itu lo bilang lo ga ada apa-apa sama kak Hyunjin. Bohongin gue lo?!"
"Hehe, waktu itu kan gue belum ada status Li, jadi ya wajar dong kalo gue sembunyiin dulu."
Lili ngangguk-nggagguk ngerti. Sesekali dia ngusap dagunya.
Kita lagi jalan berdua ke kantin. Disepanjang jalan gue jelasin tentang gimana proses terjalinnya hubungan gue dan Hyunjin. Mulai dari Hyunjin yang diem-diem pdkt-in gue, ngajakin gue jalan termasuk acara tembak-menembak yang semuanya gue karang bebas.
Meskipun semua ini adalah kebohongan tapi Lili percaya-percaya aja.
Gue sebenernya sedikit bersalah karena udah bohong kaya gini ke Lili tapi mau gimana lagi, gue gak mau diganggu Guanlin terus.
"Eh, itu kak Hyunjin cs lagi jalan kesini gak sih?"
Celetukan Lili berhasil ngebuat gue yang nunduk dan ngelamun jadi negakin kepala.
"Eh iya njir lihat itu kak Hyunjin senyum-senyum ke lo." heboh Lili, nepuk pundak gue keras-keras.
"Sakit anjir." kata gue.
"Apanya yang sakit?"
Dan tanpa gue sadari, Hyunjin beserta ketiga temannya udah berdiri dihadapan gue.
Disaat kaya gini, gue sangat merutuki kebodohan gue yang suka bodoamat sama lingkungan sekitar. Sampai-sampai kumpulan cowok-cowok ganteng kaya gini aja gue gak tahu.
"Apanya yang sakit?" ulang Hyunjin, megang kedua sisi kepala gue dan didongakin buat menghadap ke wajahnya.
"Sakit apa?" tanya gue gak nyambung, karena masih oleng habis lihat cowok-cowok ganteng.
"Ck, belum sarapan ya jadi gak konsentrasi begini. Ayo aku anter ke kantin."
Tanpa aba-aba, Hyunjin narik tangan gue. Ninggalin Lili dibelakang bareng ketiga temennya.
"Itu temen gu- maksudnya temen aku ketinggalan dibelakang." seru gue dengan kepala melongok kebelakang.
"FELIX URUSIN TEMEN DIA. GUE BURU-BURU." teriak Hyunjin dan ditanggapi oleh anggukan temennya yang berkulit sedikit gelap.
beb👇

KAMU SEDANG MEMBACA
Agreement
Fanfic[ COMPLETED ] "Jadi pacar gue selama sebulan. Lo bisa bebas dari mantan lo dan gue terbebas dari cewek-cewek gila itu." © tata, 2017.