Langkah gue kini jadi terasa lebih ringan dari sebelum-sebelumnya.
Ntah, rasanya beban yang selama ini memberatkan kedua pundak gue udah terangkat tanpa sisa.
Hidup gue yang sekarang lebih memiliki makna daripada sebelumnya.
Setelah berakhirnya kesepakatan gue dan Hyunjin dua bulan yang lalu, gue udah gak pernah lagi uring-uringan karena terusik sama kehadiran Guanlin.
Beruntung banget. Guanlin udah mau ngerti sama posisi dan keadaan gue. Dia gak pernah lagi maksa-maksa gue biar balikan sama dia.
Gue dan dia malah jadi teman baik. Dia sering bantu gue kalau ada masalah sama pelajaran. Secara dia kan top 3 nya angkatan gue dalam masalah otak. Gue bersyukur banget akan hal itu.
Dan yang paling patut buat gue syukuri adalah hubungan gue dan Hyunjin yang sampai saat ini masih terjalin dengan baik.
Sekarang, gue udah gak perlu lagi pura-pura didepan banyak orang. Karena sejujurnya, semua itu nyiksa diri gue sendiri.
Berbohong itu perbuatan yang gak baik. Dan gue ngelakuin sebuah kebohongan selama satu bulan lamanya.
Kalau diinget-inget, gue jadi merasa bersalah sama semua orang.
Tapi gue lega juga karena gak harus ngelakuin itu lagi.
Lagian, Hyunjin sekarang juga udah punya pacar baru. Jadi gue gak perlu repot-repot lagi bantu dia buat ngusirin fans-fansnya yang membludak itu.
Kayanya, gue mesti berterima kasih sama ceweknya Hyunjin. Karena dia, peran gue sebagai 'pengusir fans Hyunjin' udah berpindah tugas ke dia.
Kadang gue juga heran, apa yang ngebuat cewek-cewek itu sampai tergila-gila sama Hyunjin.
Tapi sekarang gue sadar. Hyunjin itu istimewa.
Dia cowok yang loyal.
Selain wajah gantengnya yang emang mendominasi, dia juga punya sifat rendah hati. Meksipun kalau sama gue, dia masih suka pamer soal kegantengannya. Cwih.
Tanpa sadar gue tersenyum jika memikirkan tentang cowok itu.
Kaki gue melangkah keluar dari ruang guru.
Beberapa menit yang lalu, gue menemui pak Daniel yang menyuruh gue datang untuk membicarakan masalah nilai gue yang akhir-akhir ini jadi naik.
Tentu saja gue bahagia. Banyak banget perubahan yang terjadi di diri gue selama dua bulan ini.
Dan semua itu berkat Hyunjin.
Lagi-lagi gue tersenyum ketika menyebut namanya.
Hyunjin, lo terlalu mendominasi hidup gue.
Sedang asyik melamun, telinga gue menangkap suara seseorang memanggil nama gue dari ujung koridor.
Sontak kepala gue mendongak dan menemukan seseorang yang daritadi gak henti-hentinya gue bahas dalam pemikiran konyol gue.
Hwang Hyunjin. Berdiri sambil masukin kedua tangannya di saku celana, serta tatapan yang gak lepas dari gue.
Gue berjalan lurus. Menghampiri dia
Ketika jarak gue udah lumayan deket, kami saling lempar senyum satu sama lain.
"Sayangnya aku kok senyum-senyum sendiri sih. Jangan-jangan kena mr Daniel's syndrome nih."
Gue cemberut mendengar celotehan Hyunjin, sambil mukul ringan bahu kirinya, ngebuat dia ketawa.
"Ih apasih. Dicemberutin protes, dikasih senyum malah keheranan." kata gue dengan bibir yang dimajuin.
Hyunjin maju satu langkah, lebih dekat kearah gue.
"Ngambek mulu ih, yang kemarin aja belum selesai." ucapnya sambil ngelus kepala gue pelan.
"Biarin. Kamu rese jadi harus diambekin."
Gue bersedekap dada, sambil menatap mata Hyunjin. Dia masih mempertahankan senyumnya.
Tanpa aba-aba, dia udah narik kedua sisi wajah gue, lalu diusak pelan. Ngebuat pipi gue jadi kegencet dan bibir gue makin maju.
"Pacar aku bukan ya? Perasaan dulu galak banget sekarang kok jadi gemesin gini." ledeknya.
Gue mau protes tapi kalimat Hyunjin selanjutnya bikin gue mengurungkan niat.
"Loh kamu pake lipstik, ay?" tanyanya yang kini udah micingin matanya ke bibir gue.
"Ini tuh liptint tau beda sama lipstik."
"Emang beda?"
"Beda lah."
"Perasaan sama aja, sama-sama merah."
Gue mendengus mendengar ucapan Hyunjin. Gue mau jelasin perbedaannya pun percuma. Dia gak bakal ngerti.
"Aku hapus boleh gak?"
Gue naikin alis, bingung sama pertanyaan Hyunjin.
"Hapus? Maksudnya?"
"Ini bibir kamu jadi kelihatan lebih ranum ntar cowok lain pada pengen nyobain lagi. Aku aja belum pernah."
Mengerti dengan maksud ucapan Hyunjin barusan ngebuat gue langsung mukul kepalanya.
"MESUM LO CROCODILE DARAT!"
Hyunjin ngusap-ngusap kepalanya yang barusan gue pukul. Dia nyengir terus ngerangkul pundak gue.
"Iya ih maaf. Mending temenin aku ke kantin yuk? Laper."
Selanjutnya, dia udah ngebawa gue menjauh menuju kantin.
Masih inget kan sama ucapan gue kalau Hyunjin sekarang udah punya pacar?
Iya. Pacarnya itu gue.
Bermodal dua tangkai bunga kamboja yang Hyunjin petik sembarangan di taman sekolah, dia nembak gue tepat setelah kesepakatan kita berakhir.
Gak romantis emang. Tapi bermakna buat gue.
Dan sekarang gue udah punya rutinitas baru yang sebenarnya udah lama jadi kegiatan harian gue.
Apalagi kalau bukan ngusirin penggemar Hyunjin yang tiap hari makin nambah banyak.
Mungkin jika dulu gue terpaksa melakukannya, sekarang gue justru dengan senang hati ngelakuin itu.
Kalau dulu ngejauhin Hyunjin dari cewek-cewek genit adalah sebuah bentuk bantuan, sekarang semua itu berubah jadi sebuah kewajiban.
Tentu, punya pacar tenar kaya Hyunjin itu gak gampang. Harus banyak dijaga kalau gak mau ditikung orang.
Itulah kenapa gue sempat bermonolog dengan diri gue sendiri, bahwa berakhirnya perjanjian konyol dengan Hyunjin waktu itu bukanlah sebuah akhir tapi sebuah awal.
Awal dimana gue dan Hyunjin menempuh hubungan baru dengan status yang jelas.
Dan gue berharap, tuhan memberi waktu lebih agar gue dan Hyunjin bisa menikmati kebersamaan kami.
✋✋✋
bodoamat kalo ga ngefeel........
free hujat saya.beb👇

KAMU SEDANG MEMBACA
Agreement
Hayran Kurgu[ COMPLETED ] "Jadi pacar gue selama sebulan. Lo bisa bebas dari mantan lo dan gue terbebas dari cewek-cewek gila itu." © tata, 2017.