"Sini biar aku pakein."
"Aku bisa kok ini tinggal dikit lagi."
"Belum kepasang itu. Mana biar aku aja."
"Ngga perlu ah masa gini aja dibantuin."
"Ngeyel ya. Itu belum nge-klik nanti kalau ada apa-apa gimana?"
"Ngomongnya ih, pengen banget ya aku kenapa-napa?"
"Bukan gitu ya Allah. Udah kamu diem aja duduk yang anteng."
Iya. Barusan gue debat sama Hyunjin cuma karena masalah seat-belt doang. Gue yang emang dari sananya keras kepala menolak keras bantuan dari Hyunjin si pemaksa. Tapi berakhir gue yang kalah.
Padahal ditinjau dari sudut manapun, masalah kita tergolong sepele. Tapi karena kita berdua yang wataknya sama-sama keras jadilah keributan kecil tersebut terjadi.
Setelah safety-belt gue terpasang, itupun berkat bantuan Hyunjin, kita segera berangkat ke sekolah.
Hari ini gak ada yang istimewa, cuma karena Hyunjin dibolehin bawa mobil papanya, kita jadi datang gak sesiang biasanya.
Gue udah turun dari mobil milik papanya Hyunjin. Baru dua langkah, pergelangan tangan gue dicekal oleh si pengemudi mobil itu.
"Ayo aku anter ke kelas."
"Ngga perlu, kamu katanya ada sparing nanti jam tujuh, jadi mending siap-siap aja sana. Udah ditunggu kak Changbin sama kak Felix tuh." gue menunjuk dua sosok cowok yang lagi jalan beriringan ke arah kita.
Hyunjin gelengin kepala beberapa kali. "Tunggu bentar ya."
Dia ngelepas tautan tangan gue dan lari-larian kecil menghampiri kak Changbin dan kak Felix.
Setelah berunding kecil yang tidak gue ketahui apa maksudnya, Hyunjin balik lagi ke gue dan sekarang malah ngegenggam telapak tangan gue.
"Udah beres. Ayo aku anter ke kelas." ujarnya sambil senyum-senyum.
Gue hanya bisa pasrah. Mengikuti langkah Hyunjin yang sejajar dengan langkah kaki gue.
"Kamu tadi ngomongin apa sama mereka?" tanya gue ke Hyunjin ketika kita hampir sampai kedepan kelas gue.
"Minta dispen ke bang Changbin biar sparing-nya diundur jadi jam delapan." kata Hyunjin enteng. Gue pukul lengannya, membuat dia seketika itu juga natap gue heran.
"Mentang-mentang kamu deket sama kak Changbin jadi seenaknya aja minta dispen. Mau belajar jadi gak profesional apa gimana?"
"Loh emangnya salah? Aku baru sekali ini minta sesuatu ke bang Changbin. Lagian dia-nya oke oke aja tuh."
Gue gelengin kepala, heran dengan ucapan Hyunjin yang terdengar enteng.
"Tetep aja. Aku ngga suka kalau kamu kaya gitu. Kesannya kamu nyepelehin tugas kamu tau ga!"
Gue menghempaskan tangan Hyunjin. Bersedekap dada dan enggan menoleh ke arahnya.
Bisa gue dengar kalau Hyunjin menghela nafas berat. Kemudian sesuatu yang hangat terasa nangkup kedua sisi wajah gue.
Itu tangannya Hyunjin.
"Hey, lihat aku." ujarnya, memutar kepala gue biar menghadap ke arahnya.
"Aku kangen sama kamu." celetuk Hyunjin.
"Sebulan terakhir ini aku selalu sibuk sama turnamen basket mangkanya gak pernah ada waktu buat kamu. Hari ini aja, aku pengen memulai hari dengan sedikit lebih lama dihabiskan sama kamu. Emangnya salah? Kamu ga kangen aku apa?"
Speechless.
Itu yang saat ini gue rasakan setelah mendengar kalimat Hyunjin.
Tanpa mengucapkan apapun, gue segera merengkuh tubuh tinggi Hyunjin. Gak peduli dengan tatapan murid lain disekitar kita.
Bodoamat. Pacar gue ini.
"Maaf...." lirih gue.
"Aku ngga tau kalau kamu mikirin aku sampe segitunya. Aku gapapa kok sering ditinggal sama kamu. Asalkan kamu bisa lakuin yang terbaik buat tugas kamu. Aku belakangan mah gapapa."
Hyunjin ngelus puncak kepala gue sambil menampilkan senyum gantengnya.
"Ta?"
"Hm?"
"Gede"
"Heh apanya?" tanya gue sambil melotot, Hyunjun cengengesan.
"Hehe abis lulus kita nikah yuk?"
Dan sekarang gue bener-bener mukul kepala Hyunjin pake kamus di tangan gue.
aq rada jyjyq sebenernya bikin adegan pelukan sambil cheesy-cheesyan :(
beb👇

KAMU SEDANG MEMBACA
Agreement
Fiksi Penggemar[ COMPLETED ] "Jadi pacar gue selama sebulan. Lo bisa bebas dari mantan lo dan gue terbebas dari cewek-cewek gila itu." © tata, 2017.