"Quinnnn" teriak Chika yang membuyarkan keheningan kamar rumah sakit ini.
"Quinn guee seneng banget lo bangun, aduh sumpah ya gue kira lu mati, gue nggak mau kehilangan lo" Chika yang berlari mendekati ku dan memberikan roti serta buah-buahan.
"Lebay banget sih lo, sampe mikir gue mati segala. Jahat lo jadi sahabat"
"Hehe sorry deh, abis nya lo nggak sadar-sadar sih. Oh iya Rival bilang ke gue dia mau ke toko buku dulu baru bisa jenguk lo."
"Dih bodo amat. Mau dia dateng kek mau kagak, nggak peduli gue" ucap ku yang mencoba duduk karena lelah terus tidur.
Chika membantu ku untuk duduk. Sahabat ku ini yah walaupun dia orang nya ngeselin, suka buat aku kesel tapi dia sahabat terbaik yang pernah aku temuin.
Saat aku dalam kondisi jatuh seperti ini Chika yang selalu menemani aku. Sampai-sampai dia juga ikut aku pindah sekolah di sekolah yang sederhana.
Reina, Kozhua, Kesya mereka sahabat ku dulu yang memperkenalkan aku dengan dunia malam, teman shoping, sekaligus teman curhat mereka semua menjauh saat aku jatuh sekarang.
Yah cuman Chika yang setia sama aku sekarang.
"Chika"
"Why Quin"
"Peluk"
"Kok Quin yang gue kenal jadi manja yah haha yaudah sini gue peluk, gue tau lo kangen sama gue yang cantik ini" ucap Chika yang memeluk ku.
"Eh pelukan nya kok nggak ngajak gue sih"
Aku dan Chika yang sedang berpelukan melihat ke arah sumber suara di pintu. Kami pun melepaskan pelukannya.
"Isss ogah banget gue meluk lo, mending gue meluk tembok aja" ucap ku dan membuang muka ke arah lain
"Gitu amat sih sama pacar sendiri" lalu mendekat dan duduk di sofa.
"What?" Chika yang membuka mulut nya lebar-lebar "Lo pacaran sama Rival Quin? Oh My god woww emejing ini berita hot banget. Musuh jadi pacar wow sekali lagi wow. Ini gue harus sebarin nih ke sosmed" Chika yang mengeluarkan handphone miliknya.
"Eitss"Rival yanv mengambil handphone Chika, kini handphone nya berada di tangan Rival. "Lo jadi cewek nggak usah lebay dan inget jangan lo sebarin ini"
"Aduhh Chika cuma pacar bohongan" aku yang mengangkat suara untuk membela diri.
"What? Sekali lagi what? Pacar bohongan? Btw kok bisa sih?" ucap Chika
"Panjang deh ceritanya, ntar gue ceritain" ucap ku
Hari pun sudah menjelang gelap. Chika sudah pulang sejak tadi. Suasana rumah sakit tetap sepih seperti kuburan. Hari ini mama tidak menjenguk ku entah apa alasannya. Hah orang yang ku sayang telah datang kini pergi lagi meninggalkan ku. Sudah nasib ku menjadi seperti ini, selalu kesepian.
"Arhhh" teriak ku yang membuyarkan lamunan ku dan mengganggu Rival yang sedari tadi sedang asik dengan handphone nya.
"Apa sih lo teriak-teriak? Udah gila ya?" ucap Rival yang memperhatikan ku
"Eh maaf"
Rival mendekati ku, menatap mata ku. Lalu dia mengendong ku dari ranjang tempat tidur ku dan meletakan ku di kursi roda.
"Ehh lo ngapain sih?" ucap ku yang sambil memukuli dan menjambak rambut nya.
"Sakit tau lumut" Rival yang mengusap kepala nya karena kesakitan aku jambak.
Entah karena apa Rival terus memanggil ku lumut, seakan-akan nama ku lumut bukan Quin. Setiap kali aku bertanya dia selalu tidak menjawab nya.
"Lo ikut gue sekarang" Rival yang mendorong kursi roda yang aku duduki. Entah kemana dia akan membawa ku pergi. Aku tidak bisa membantahnya karena kesehatan tubuh ku masih belum stabil.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Hope
Teen FictionAku seorang wanita yang menginginkan kehidupan seperti yang lainnya. Ingin merasakan kebahagiaan tanpa harus mengenali kesedihan. Ingin merasakan kasih sayang bukan diberi dengan kekerasan. Mengharapkan cinta yang sesungguhnya. Akankah harapan itu d...