My Hope #16 *hujan*

172 13 0
                                    

Setelah makan tubuh ku sedikit bertenaga. Pusing ku sudah hilang. "Saatnya sekarang membereskan rumah.. Semangat Quinn!"

Menyapu, ngepel, membersihkan debu, membersihkan kamar ku. Kamar ku sedikit banjir karena atap rumah ku bocor dan seng nya pun sedikit terbuka karena paku nya lepas. Jadi setiap hujan apalagi disertai angin seng itu akan sedikit terbuka.

"Assalamu'alaikum"

"Wa'alaikum salam" jawab ku dan keluar menghampiri asal suara itu. "Ibu" dan benar saja ibu kontrakan datang ke rumah ku.

"Saya mau menagih uang kontrakan yang sudah menunggak selama 3 bulan!"

"Ma ma maaf bu, Quin belum ada uang nya" jawab ku terbata-bata.

"Maaf. Maaf. Sudah 3 bulan kamu belum bayar. Sekarang bayar!" bentak ibu kontarakan.

"Tapi bu?" ucapan ku terpotong. "Nggak ada tapi-tapian. Mau bayar sekarang atau kamu keluar dari kontrakan saya!"

"Jangan bu. Jangan usir Quin. Quin mau tinggal dimana? Quin baru keluar dari rumah sakit bu. Nanti Quin pasti bayar"

"Keluar dari rumah saya sekarang!" bentak ibu kontrakan.

"Quin mohon bu, jangan usir Quin" aku memohon pada nya dengan tetesan air mata sudah menbasahi pipi ku.

"Pergi kamu!" Brukk aku terjatuh di tanah karena ibu kontrakan yang mendorong ku. Dan sekarang kepala ku mulai pusing lagi.

"Eh ada apa ini?" ucap Rival yang baru saja datang dan mecoba membantu ku untuk berdiri.

"Anak ini belum bayar kontrakan saya selama 3 bulan. Untuk yang sebulan saja dia suka nunggak dan memberi janji palsu, gimana yang 3 bulan? Hah!"

"Berapa jumlah semuanya bu?" tanya Rival.

"1.500.000 untuk 3 bulan"

Lalu Rival mengeluarkan dompet nya dan mengambil beberapa lembar uang ratusan.. "Ini bu 2jt,, sekalian sama bulan depan" ucap Rival yang memberikan uang tersebut kepada Ibu kontrakan.

"Gitu dong. Dibayar" ucap ibu kontrakan lalu pergi meninggalkan kami.

"Nanti gua ganti"

"Nggak usah. Gua tau lu nggak ada duit buat gantinya.." ia tertawa menyindiri di hadapan ku ".. Yuk masuk" ucap Rival yang sembari menuntun ku masuk ke dalam rumah.

Aku hanya diam, memijit kepala ku. Dan kembali duduk di kursi. Pusing ku kambuh lagi.

"Listrik lu udah gua bayar"

"Makasih yah, lu kok kesini lagi? Kirain gua lu langsung pulang tadi"

"Nih mau beresin rumah lu dulu, baru gua pulang" ucapnya yang sembari membereskan rumah ku kembali.

Aku hanya tersenyum memperhatikan Rival. Tidak ku sangka orang yang menjadi musuh ku sebaik ini.

Pusing ku mulai menghilang. Aku mencoba untuk berdiri dan membantu Rival.

"Eh lu mau ngapain?" tanya Rival yang melihat ku bangun dari tempat duduk ku.

"Yah gua mau beresin juga"

"Nggak usah. Biar gua aja. Lu duduk aja di situ kaya tadi"

"Nggak mau!. Gua mau bantu beresin!"

"Ngeyel banget sih lu lumut" lagi-lagi Rival mendorong kening ku menggunakan jari telunjuk nya.

"Aduhh, sakit tau" ucap ku yang mengelus-elus kening ku.

Aku dan Rival membereskan rumah ku. Mulai dari ruang tamu, kamar, dapur, bahkan toilet kami bersihkan bersama. Tidak terasa hari sudah malam. Pekerjaan kami pun telah selesai. Rival pun bergegas untuk pulang. Namun baru sampai depan pintu hujan turun dengan derasnya.

"Yah hujan"

"Kenapa? Lu kan juga bawa mobil?"

"Hujannya deres banget. Nanti aja deh gua pulang nya" ucap nya sembari berjalan masuk ke dalam rumah ku.

"Tapi ini udah malam. Nanti mami lu nyariin lu"

Rival duduk di kursi tanpa menjawab ucapan ku. Ia mengeluarkan handphone nya dan menelpon seseorang.

"Halo Mi. Rival lagi di rumah Quin Mi. Hujannya deres banget. Jadi Rival belum bisa pulang"

"Iya Mi" Ia langsung mematikan handphone nya.

"Selesai kan? Mami nggak nyariin gua"

"Iya dah terserah lu"

"Duhh" aku menepuk kening ku. Aku segera pergi mencari baskom. Dan langsung ke kamar ku.

"Eh ada apa?" Rival yang mengikuti ku.

"Kamar gua kan bocor. Entar banjir lagi kalau gua nggak tampung gini" jawab ku sibuk mencari tempat yang bocor.

"Bunyi apa itu?" tanyanya yang mencari asal suara itu.

"Itu seng gua, sedikit lepas" jawab ku yang menunjuk ke arah seng itu.

"Eh aduhh basah" seng itu semakin terbuka melebar karena angin yang cukup kencang. Hujan itu pun membasahi kamar ku lagi.

"Yah duh gimana nih?. Lama-lama itu bisa lepas seng nya" ucap ku panik. Seng itu terlihat jelas karena pelapon rumah di kamar ku roboh. Hujan begitu deras. Bagaimana cara ku membenarkannya.

Rival membuka baju nya. Ia menaiki lemari ku dan naik ke atap. "Quin, ambilin tali sama kawat. Cepat!" ucap Rival dari atas atap.

"Iya iya gua cari dulu" aku segara mencari tali dan ketemu. "Sekarang kawat? Dimana aku bisa mendapatkan kawat?"

"Quin cepat!" teriak Rival.

"Iya sebentar" teriak ku. "Kawat? Dimana?" ucap ku kebingungan. Aku melihat gantungan baju yang terbuat dari kawat. Segara aku ambil gantungan itu.

"Ini val" teriak ku sembari memberikan tali dan gantungan itu.

"Gantungan? Gua butuh kawat bukan gantungan"

"Lu lurusin aja gantungan itu, itu juga kawat"

Entah apa yang dilakukan Rival di atas atap ku.

Tak lama kemudian dia turun dengan tubuh yang basah.

"Nih handuk" aku memberikan handuk kepada nya.

"Lu apain seng gua?" tanya ku yang memperhatikan seng rumah ku.

"Tuh gua ikat. Lu juga sih udah tau paku nya lepas kenapa lu nggak benerin sih?" tanya Rival yang masih mengelap tubuhnya.

"Gua nggak bisa naik ke atas"

"Kan bisa suruh orang"

"Suruh orang kan harus pake duit, gua nggak ada duit nya, buat makan aja susah,, jadi nggak gua benerin"

Rival hanya terdiam dan tidak menjawab ucapan ku.

Kami keluar dari kamar dan duduk di kursi sembari menonton tv. Ia masih belum pulang, hujan masih sangat deras. Padahal aku ingin istirahat tubuh ku sudah sangat lelah.

Hari sudah menunjukkan pukul 11.00 malam. Rival masih berada di rumah ku. Entah sampai kapan Ia akan berada disini. Tidak mungkin juga aku mengusir nya. Belakangan ini dia sudah sangat baik dengan ku. Entah apa yang membuat dia berubah menjadi baik seperti ini.

"Lu belum mau tidur?" tanya Rival yang masih fokus menonton.

"Nanti aja"

"Tidur aja. Tenang,, gua nggak bakal ngapa-ngapain lu"

"Yaudah deh gua tidur. Awas yah lu macam-macam!" ancam ku sembari menggepalkan tangan ku.

"Iya bawel, tenang aja"

Aku mengambil bantal dari kamar ku dan memilih tidur di kursi ku di ruang tamu. Karena kasur di kamar ku basah gara-gara seng terbuka tadi. Aku segera tidur tanpa memperdulikan Rival yang sedang menonton.

~~~

My HopeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang