8. Uncertainty Heartless

9.8K 780 116
                                    

Rembulan baru saja tergelincir dari singgasananya tergantikan dengan sang mentari yang mulai menghangat menyembul dari gerumul awan dingin diufuk timur. Malam yang pekat telah berlalu seiring dengan semilir angin sejuk musim penghujan diakhir tahun. Desirannya menggores dedaunan hingga berbunyi halus nan menentramkan.

Pagi yang indah selaras dengan harmoni alam sangat cocok untuk menyegarkan badan dengan sedikit berlari-lari kecil mengitari halaman rumah. Seperti yang sedang Daehyun lakukan sekarang.

Yunbi tersenyum manis seraya meletakkan secangkir kopi panas kesukaan suaminya di atas meja di teras rumah mereka. Ia memerhatikan Daehyun diam-diam cukup lama tanpa disadari oleh laki-laki itu. Rasa sayangnya semakin bertambah setiap kali ia menatap suaminya sedikit lebih lama dari biasanya.

"Kau itu apa sih istimewanya..? Kenapa selalu membuat ku jatuh cinta..., "

Selepas menemani Jungkook semalaman, Yunbi hanya bisa memejamkan matanya dua jam saja. Tepat pukul lima, ia mendadak terbangun. Memang seperti itu kebiasaan jam biologisnya. Selalu terbangun tepat jam lima pagi tanpa alarm.

Hal pertama kali yang terlintas dalam pikirannya saat matanya terbuka adalah Jungkook. Ia meninggalkan Daehyun yang masih terlelap di sampingnya dan mendatangi kamar Jungkook kembali. Anak itu masih tetap pada posisinya yang terakhir sebelum Yunbi pergi meninggalkannya. Ia masih belum terbangun. Yunbi meletakkan tangannya di kening Jungkook dan menghela nafas lega karena suhu tubuh anak bungsunya itu sudah normal kembali.

“Appaaa…!!” Teriak seseorang yang mendadak sudah berada di belakang Yunbi tanpa disadari.

Spontan teriakan itu membuat Yunbi sedikit terlonjak kaget dan mengusap dadanya menahan nafas. Jungkook yang sudah rapi dengan seragam sekolahnya berdiri menahan tawa melihat keterkejutan Yunbi.

“Kookie, kapan kau bangun..??” Gumam Yunbi masih setengah panik. Jungkook hanya tersenyum tipis. Yunbi terbelalak manakala melihat sisi wajah Jungkook.

"Apa kau sudah sehat..?  Demam mu sudah turun..?"

Jungkook tak peduli.

"Kenapa kau pakai seragam..? Eomma berencana memintakan ijin kesekolah..,"

Jungkook hanya tersenyum tipis.

“Hei… siapa yang mengijinkan mu bertindik…!!” Sergah Yunbi melihat anting tergantung di ujung telinga Jungkook. Sedang yang di tanya hanya sebatas tersenyum saja.

Sebenarnya lubang-lubang tindik di telinganya sudah lama ada. Sejak pertama kali ia menjadi anak yang super badung. Akan tetapi, semenjak masuk ke Victory, Jungkook mulai melepas semua antingnya. Terlebih, dia sekarang serumah dengan kakaknya.

“Baru panas semalam, sudah mulai ngga karuan..,” Gerutu Yunbi, karena Jungkook masih diam.

Jungkook melihat secangkir kopi di atas meja dan sudah pasti itu milik ayahnya. Tanpa pikir panjang, Jungkook langsung mengambil kopi yang masih mengepul. Buru-buru Yunbi mencegahnya.

“Jangan..!! itu milik Appa mu,” Desah Yunbi sambil merebut kopi yang hampir menyentuh bibir Jungkook.

Yunbi mendengus kesal karena Jungkook sama sekali tidak berubah. Ia menarik paksa tangan pemuda itu dan menyeretnya sampai ke meja makan. Diatas meja segi empat berisi delapan kursi itu sudah tersaji sarapan yang lengkap hasil karya Yunbi tiap pagi.

“Kau masih harus menghabiskan beberapa analgesik dan antibiotik, jangan coba-coba minum kopi,” Tukas Yunbi sambil menyiapkan sarapan untuk Jungkook yang tersenyum-senyum geli.

“Kau masih suka curi-curi pandang laki-laki yang sudah kau miliki..? Chhh… romantisme macam apa itu..,” Seloroh Jungkook menggoda Yunbi yang sudah sejak lama ia perhatikan memang sering memandangi Daehyun dari jauh secara diam-diam.

Affectionless Between Us  ( Vkook / Brothership ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang